Komedo sendiri adalah pori-pori yang tersumbat,bisa terbuka atau tertutup.Komedo yang terbuka (Blackhead), terlihat seperti pori-pori yang membesar dan menghitam sedangkan Komedo yang tertutup (whitehead) memiliki kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat sehingga terlihat seperti tonjolan putih kecil. Jerawat jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan sekresi kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.
Tips Menghilangkan Komedo secara Alami
Air Garam
Cara menghilangkan komedo yang pertama adalah mencuci muka dengan campuran air garam caranya; tambahkan satu sendok makan garam pada satu baskom air hangat. Garam akan membantu mengurangi minyak yang berlebih dan menghilangkan komedo.
Pasta Gigi
Cara menghilangkan komedo yang kedua adalah dengan pasta gigi, ambil sedikit pasta gigi, usapkan pada bagian yang berkomedo. Cara ini membantu mengurangi peradangan akibat komedo dan mengurangi kadar minyak berlebih.
Jeruk/Lemon
Cara menghilangkan komedo yang ketiga adalah dengan perasan jeruk atau lemon, usapkan air perasaan pada daerah komedo, biarkan hingga semalam. Asam dari lemon membantu mengurangi minyak di kulit.
Kulit Jeruk
Cara menghilangkan komedo yang keempat adalah dengan campuran kulit dasar jeruk dengan air secukupnya, aplikasikan pada daerah yang terinfeksi dan biarkan selama semalam.
Lidah Buaya
Oleskan lidah buaya pada bagian wajah yang berkomedo (bisa dengan cara membuat jus atau mengoleskannya langsung). Lidah buaya bermanfaat untuk membantu proses penyembuhan kulit yang mengalami peradangan akibat komedo menjadi lebih cepat.
Es Batu
Gosok daerah berkomedo dengan es batu selama 10 menit, untuk membantu mengencangkan dan menutup pori-pori serta mencegah debu dan minyak menempel di kulit yang menjadi penyebab terjadinya komedo.
Putih Telur
Campurkan satu putih telur dengan satu sendok makan madu dalam mangkuk hingga rata. Usapkan campuran pada wajah dan biarkan selama 30 menit, bilas dengan air hangat untuk menghilangkan dan mencegah komedo.
Lobak
Campurkan lobak dengan air. Usapkan campuran pada wajah, diamkan selama 30 menit, bilas. Lakukan secara rutin seminggu sekali.
Sumber : http://forum.kompas.com/fashion-beauty/262766-tips-menghilangkan-komedo-di-hidung-secara-alami.html
Minggu, 30 Juni 2013
Tips Menghilangkan Komedo di Hidung secara Alami
Cara Memutihkan Kulit Secara Alami
Cara Memutihkan Kulit Secara Alami
Namun dibalik hal tersebut bahan kosmetik yang sering kita pakai mengandung bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya bagi tubuh kita dan efek sampingnya akan terasa dalam jangka waktu yang sangat panjang. Maka daripada itu sebaiknya kamu beralih menggunakan bahan alami yang tentunya sangat aman bagi kulit kita.

Bagi kamu yang mau mencoba metode yang alami dan tanpa efek samping bisa mencoba tips memutihkan kulit secara alami berikut ini :
Cara Memutihkan Kulit Secara Alami
Lada Manis ( Paprika )Paprika adalah salah satu bahan alami yang bagus untuk facial wajah Anda, dengan membuat masker dari olahan paprika Anda bisa memutihkan wajah Anda, dimana masker paprika ini bisa meningkatkan sirkulasi aliran darah di dalam wajah. Anda bisa menghancurkan (mem-blender) paprika merah atau hijau untuk menghasilkan pasta atau krim sebagai masker wajah. Oleskan pada wajah Anda dan kemudian biarkan selama lima belas menit, kemudian bersihkan wajah Anda dengan air dingin. Dengan krim alami ini sel-sel kulit wajah Anda dapat lebih sehat dan pastinya wajah putih alami bisa Anda dapatkan.
Yogurt
Yogurt ternyata bisa memberikan kelambapan untuk kulit wajah Anda. Dengan mencampur sedikit madu dan kemudian oleskan pada kulit wajah Anda, biarkan selama 10 menit kemudian bisa dibersihkan dengan air. Masker berbahan yogurt ini bisa menghaluskan kulit wajah Anda, pastinya kulit wajah putih nan halus adalah dambaan semua orang.
Chamomile
Chamomile memang biasa dijadikan teh. Namun bunga ini bisa berfungsi sebagai bahan alami untuk mencerahkan kulit wajah. Chamomile juga memiliki banyak kandungan untuk mengatasi mata yang bengkak. Anda hanya perlu mencelupkan kantong teh ke dalam air panas, dan biarkan sampai dingin. Kemudian, tempelkan kantong teh pada mata. Lakukan hal ini selama dua minggu untuk melihat hasilnya.
Susu
Anda pasti sudah mendengar tentang manfaat mandi susu. Tetapi bila mandi susu dirasa terlalu repot, cukup gunakan susu untuk membasuh muka. Susu memiliki banyak bahan yang dapat mengurangi bintik-bintik hitam pada wajah, dan meningkatkan warna kulit dengan cara yang sempurna. Tuang beberapa tetes susu pada kain pencuci muka, lalu gunakan kain tersebut untuk menggosok wajah dengan lembut. Susu akan menghilangkan sel-sel kulit mati yang menutup wajah, dan memberikan warna yang baru.
Minyak Alpukat
Banyak perempuan yang malas membersihkan wajah sebelum tidur, karena merasa sudah begitu lelah. Nah, minyak alpukat dapat membantu Anda yang tak sempat mencuci muka sebelum tidur. Minyak alpukat ini secara efektif membantu menghilangkan sisa-sisa riasan wajah. Setelah menghapus sisa make-up, gunakan tisu untuk menyerap kelebihan minyak yang tertinggal di wajah.
Jeruk Nipis dan Putih Telur
Putih telur sering disebut mampu mengencangkan kulit wajah. Untuk memperbaiki warna kulit, campurkan perasan jeruk nipis dengan putih telur. Gunakan bahan ini sebagai masker wajah. Oleskan masker jeruk dan putih telur ini ke wajah, lalu biarkan mengering sendiri. Setelah 5 - 10 menit, basuh muka Anda dengan air dingin. Hasilnya bisa Anda lihat setelah rutin melakukan hal ini paling tidak seminggu.
Almond
Almond dapat membantu mengurangi kegelapan warna kulit, sehingga kulit akan terlihat lebih terang. Cara praktis dan alami untuk menggunakan almon untuk memutihkan kulit adalah dengan mencampurkan almon dengan susu dan sedikit kunyit. Caranya, pada pagi hari, rendam 4-5 biji almond dan satu ruas kunyit dalam susu cair. Pada malam harinya, keluarkan kunyit, lalu haluskan almon dalam susu tersebut hingga terbentuk pasta. Oleskan campuran ini pada wajah dan leher dan biarkan semalaman. Setelah itu, pada pagi harinya bilas dengan air dingin dan bersihkan. Untuk hasil yang optimal, lakukan cara ini 2 minggu sekali.
Tomat
Tomat kaya akan vitamin C yang bermanfaat untuk memutihkan kulit. Banyak kosmetik pencerah kulit yang memakai ekstrak tomat sebagai bahan aktifnya. Nah, jika Anda ingin memakai tomat segar sebagai pemutih kulit, ambil tomat berukuran besar lalu parut. Tambahkan 2-3 tetes air perasan lemon dan beberapa tetes air mawar, aduk hingga rata. Oleskan pada wajah dan leher dengan kuas, diamkan selama 15 menit,lalu bilas. Lakukan cara ini setidaknya seminggu sekali.
Pepaya
Pepaya yang berwarna hijau atau oranye dapat berkhasiat mencerahkan kulit. Pepaya hijau mengandung enzim papain yang ideal untuk memutihkan kulit. Caranya, ambil satu sendok makan pepaya hijau (pepaya yang masih mangkal) yang telah dihaluskan, dan satu sendok makan pepaya masak, campurkan. Oleskan pada wajah dan biarkan selama 15 menit, lalu bilas. Lakukan cara ini setiap hari untuk hasil yang optimal.
Kentang
Kentang ternyata dapat bermanfaat untuk memutihkan kulit, lho. Jus kentang dapat digunakan sebagai pemutih alami bagi kulit kita. Caranya, parut satu buah kentang dan tambahkan satu sendok teh madu, campur lalu oleskan pada kulit wajah dan leher. Diamkan selama 20 menit, lalu bilas dengan air. Ramuan ini cocok untuk semua jenis kulit.
Orig : http://www.sisiremaja.com
Cara Membuat Tombol Back To Top di Blogspot
Cara membuat/memasang tombol back to top/go top di blogger, tombol back to top adalah sebuah tombol yang berfungsi untuk membuat/mempercepat scrolling dari bawah keatas di sebuah web page ataupun blog page sehingga akan mempermudah reader ataupun visitor untuk kembali´pada bagian atas dari blog/website dengan cepat ketika berada dibagian bawah halaman dengan hanya sekali klik pada tombol back to top tersebut. Sebagai contoh sobat bisa melihat pada bagian kanan bawah dari blog saya ini
Cara Membuat/Memasang Tombol Back To Top Dengan jQuery di Blogger
- Silahkan login di Blogger
- Pilih Template > Edit HTML > klik Expand Widget Template
- Cari kode </body> (gunakan CTRL+F)
- Copy kode dibawah ini dan Paste tepat diatas kode </body> (jika kode dibawah sudah ada di template sobat, kode dibawah tidak usah dipasang lagi)
<script src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.3.2/jquery.min.js' type='text/javascript'/>
- Kemudian Copy lagi kode dibawah ini dan kemudian Paste tepat dibawah kode diatas
<script src='http://bloggerpeer.googlecode.com/files/backtotop.js' type='text/javascript'/>Terakhir simpan template sobat dan tombol back to top sudah bisa dipakai
<!-- Back to top designed by Blogger Peer - bloggerpeer.blogspot.com -->
<a href='#' style='display:scroll;position:fixed;bottom:5px;right:5px;' title='Back to Top'><img onclick='MGJS.goTop();return false;' src='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZAoUrWn50qKZm80zIaE7XeGM3px0_Gqfpp-DNIBFs9Sc4eY2gpZBPmIVT5AX9FpInCHOOE2DjEU70aKPlroiNocJjMCYRPYkhWOKRSLbKwF36AxLU4KhAEVnlXULB0PKvD4hc_TxgqIY/s1600/back-to-top.gif'/></a>
Orig : http://bloggerpeer.blogspot.com/2011/11/cara-buat-tombol-back-to-top-blog.html
Kerja dan Ibadah | Kerja adalah Ibadah
Bekerja merupakan kewajiban Muslim yang sehat fisik dan mental. Orang yang bekerja dengan benar, dalam rangka menjalankan perintah dan mengharapkan ridho Allah akan mendapat ganjaran pahala dari-Nya. Sebaliknya, orang yang mengabaikannya mendapat dosa, apabila tidak ada halangan syar'i dalam mewujudkannya.
Kerja merupakan wujud syukur kepada Allah. Orang bekerja berarti telah menggunakan nikmat kesehatan fisik yang diberikan Allah secara baik dan benar. Allah berfirman, "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS 34:13).
Islam menghargai orang yang makan dan minum dari hasil kerja sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan itu lebih baik daripada mengonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab Nabi Allah, Daud, mengonsumsi makanan dari hasil kerjanya." (HR Bukhari). Hadis ini mendorong Muslim bekerja memperoleh kebutuhan hidup menggunakan tangan dan kekuatan fisik. Kemuliaan dan kehormatannya ditentukan oleh kemampuan menggunakan potensi diri untuk bekerja.
Dalam bekerja harus ada rencana yang baik dan matang karena akan menentukan keberhasilan dari kerja tersebut. Rencana dibuat untuk jangka pendek dan panjang. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS 59:18).
Muslimin diperintahkan Allah bekerja, tetapi ia tidak mengetahui dan bisa memastikan hasilnya. Ini pula yang mendorongnya bekerja maksimal agar mencapai hasil memuaskan. Allah berfirman, "Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS 31:34).
Setiap Muslim dituntut bekerja sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuan. Allah menilai kesungguhannya dalam bekerja. Allah berfirman, "Katakanlah: 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini'."(QS 39:39).
Kerja merupakan bagian ibadah kepada Allah, sehingga dilakukan dengan cara terbaik. Kerja tidak boleh melalaikan Muslim dari ibadah kepada Allah. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS 62:9).
Setelah bekerja secara maksimal, Muslim dituntut tawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal penting agar ketika berhasil tidak lupa bersyukur kepada Allah yang menganugerahkan hasil kerja tersebut. Dan ketika gagal, ia tidak putus asa karena hal itu ujian dari Allah agar kita bersabar. Allah berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS 33:3).
Kerja merupakan wujud syukur kepada Allah. Orang bekerja berarti telah menggunakan nikmat kesehatan fisik yang diberikan Allah secara baik dan benar. Allah berfirman, "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS 34:13).
Islam menghargai orang yang makan dan minum dari hasil kerja sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan itu lebih baik daripada mengonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab Nabi Allah, Daud, mengonsumsi makanan dari hasil kerjanya." (HR Bukhari). Hadis ini mendorong Muslim bekerja memperoleh kebutuhan hidup menggunakan tangan dan kekuatan fisik. Kemuliaan dan kehormatannya ditentukan oleh kemampuan menggunakan potensi diri untuk bekerja.
Dalam bekerja harus ada rencana yang baik dan matang karena akan menentukan keberhasilan dari kerja tersebut. Rencana dibuat untuk jangka pendek dan panjang. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS 59:18).
Muslimin diperintahkan Allah bekerja, tetapi ia tidak mengetahui dan bisa memastikan hasilnya. Ini pula yang mendorongnya bekerja maksimal agar mencapai hasil memuaskan. Allah berfirman, "Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS 31:34).
Setiap Muslim dituntut bekerja sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuan. Allah menilai kesungguhannya dalam bekerja. Allah berfirman, "Katakanlah: 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini'."(QS 39:39).
Kerja merupakan bagian ibadah kepada Allah, sehingga dilakukan dengan cara terbaik. Kerja tidak boleh melalaikan Muslim dari ibadah kepada Allah. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS 62:9).
Setelah bekerja secara maksimal, Muslim dituntut tawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal penting agar ketika berhasil tidak lupa bersyukur kepada Allah yang menganugerahkan hasil kerja tersebut. Dan ketika gagal, ia tidak putus asa karena hal itu ujian dari Allah agar kita bersabar. Allah berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS 33:3).

Kata-Kata Mutiara Hikmah Abu Bakar as Siddiq ra
“Patuhilah Aku selama Aku patuh kepada Allah swt dan Rasulullah saw, bila Aku tidak mematuhi Allah swt dan Rasulullah saw, maka jangan patuhi Aku lagi.”
“Tidak ada pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah swt"
"Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah swt tidak akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”
“Kita menemukan kedermawanan dalam Taqwa (kesadaran akan Allah), kekayaan dalam Yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati.”
“Waspadalah terhadap kebanggaan, sebab kalian akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.”
“Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdo’a kepada Allah dan berkata, “Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah Aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan Aku bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan.”
“Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba-Nya.”
“Suatu hari beliau memanggil ‘Umar ra dan menasihati nya sampai ‘Umar ra menangis. Abu Bakar ra berkata kepadanya,“Jika engkau memegang nasihatku, engkau akan selamat, dan nasihatku adalah "Harapkan kematian selalu dan hidup sesuai dengannya”
“Mahasuci Allah yang tidak memberi hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidak-berdayaan mereka dan tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu”
“Tolonglah Aku, jika Aku benar dan koreksilah Aku jika Aku salah. Orang-orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai atas Kehendak Allah swt, haknya telah disyahkan. Orang-orang yang kuat di antara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah swt menghendaki, Aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya”
“Tidak ada pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah swt"
"Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah swt tidak akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”
“Kita menemukan kedermawanan dalam Taqwa (kesadaran akan Allah), kekayaan dalam Yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati.”
“Waspadalah terhadap kebanggaan, sebab kalian akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.”
“Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdo’a kepada Allah dan berkata, “Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah Aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan Aku bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan.”
“Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba-Nya.”
“Suatu hari beliau memanggil ‘Umar ra dan menasihati nya sampai ‘Umar ra menangis. Abu Bakar ra berkata kepadanya,“Jika engkau memegang nasihatku, engkau akan selamat, dan nasihatku adalah "Harapkan kematian selalu dan hidup sesuai dengannya”
“Mahasuci Allah yang tidak memberi hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidak-berdayaan mereka dan tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu”
“Tolonglah Aku, jika Aku benar dan koreksilah Aku jika Aku salah. Orang-orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai atas Kehendak Allah swt, haknya telah disyahkan. Orang-orang yang kuat di antara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah swt menghendaki, Aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya”
Jumat, 28 Juni 2013
Fakta Unik | Makanan Berlemak yang bikin Kurus
Fakta Unik Makanan Berlemak yang bikin Kurus
- Coklat Hitam ( Dark chocolate )
Hal ini disebabkan karena kandungan chocoa Butter Murni yang dimiliki Dark Chocolate dapat memperlambat proses pencernaan sedangkan coklat susu lebih banyak kandungan minyak menteganya sehingga lebih cepat diproses saluran pencernaan. Dari sinilah fakta para peneliti yang menyebutkan bahwa Dark chocolate bisa membantu menurunkan berat badan
- Almond
- Kelapa
Sebuah penelitian yang di muat jurnal lipid menenmukan bahwa minyak kelapa dapat menurunkan perut yang buncit
Para peneliti membandingkan dua kelompok yang memakan 2 sendok makan minyak kelapa dan minyak kedelai setiap hari. Dan hasilnya ditemukan pemakan 2 sendok minyak kelapa dapat menyusutkan lingkar pinggang lebih banyak ketimbang pemakan minyak kedelai
- Minyak Zaitun
Adiponektin adalah hormon yang dapat memecah belah lemak dalam tubuh dan mendorong indeks masa tubuh agar tetap rendah
- Daging Sapi yang diberi Makan Rumput
Setiap Sapi tentunya pemakan rumput namun tidak semua peternak sapi memberi makan rumput alami untuk setiap sapinya. Sapi yang diberi makan rumput Alami dan bukan Olahan mengandung lebih banyak lemak baiknya.
Sebuah Jurnal Nutrition memuat bahwa daging hewan yang diberi makan rumput alami mengandung lebih banyak asam omega – 3 yang dapat mengurangi resiko seseorang terkena penyakit jantung . Kalori yang dihasilkannya pun lebih sedikit jika dibandingkan dengan daging konvensional.
Itulah beberapa fakta unik seputar makan berlemak yang dapat menurunkan berat badan, bisa di coba tuh untuk program diet anda.
Fakta Unik Geyser di Islandia
Fakta Unik Geyser di Islandia
Taukah anda bahwa ada air mancur yang berasal dari panas bumi yang sangat unik dimana air mancur tersebut akan keluar setiap saat dengan indahnya. Air mancur panas bumi tersebut dinamakan Geyser. Uniknyanya geyser tersebut banyak sekali, dan daerah tersebut dinamakan Strokkur
Strokkur adalah Air mancur atau geyser di daerah panas bumi. Strokkur berada di Negara Islandia, tepatnya berada disamping sungai Hvita.
Geyser yang terkenal di Negara tersebut selalu meletus setiap 4 sampai 5 menit sekali dengan ketinggian mencapai kira-kira 40 meter.
Strokkur merupakan bagian dari wilayah haukadalur panas bumi dimana di situ banyak sekali fitur panas bumi lainnya seperti kolam lumpur, deposito alga, fumarol, dan geyser lainnya yang berada sekitarnya. Dan inilah yang menambah keunikan dari strokkur.
Strokkur terjadi setelah gempa bumi pada tahun 1789 . aktifitasnya berfluktuasi pada abad ke-19 dan pada tahun 1815 tingginya mencapai 60 meter dan terus meletus hingga pergantian abad ke-20 bahkan sampai sekarang.
Banyak wisatawan dari berbagai negara yang berkunjung untuk melihat fenomena alam ini yang bisa dikatakan sangat langka dan begitu uniknya. Sungguh luar biasa ciptaanMu tuhan pencipta Alam semesta dan segala isinya yang telah menciptakan fenomena alam yang sungguh luar biasa indahnya.

Taukah anda bahwa ada air mancur yang berasal dari panas bumi yang sangat unik dimana air mancur tersebut akan keluar setiap saat dengan indahnya. Air mancur panas bumi tersebut dinamakan Geyser. Uniknyanya geyser tersebut banyak sekali, dan daerah tersebut dinamakan Strokkur
Strokkur adalah Air mancur atau geyser di daerah panas bumi. Strokkur berada di Negara Islandia, tepatnya berada disamping sungai Hvita.
Geyser yang terkenal di Negara tersebut selalu meletus setiap 4 sampai 5 menit sekali dengan ketinggian mencapai kira-kira 40 meter.
Strokkur merupakan bagian dari wilayah haukadalur panas bumi dimana di situ banyak sekali fitur panas bumi lainnya seperti kolam lumpur, deposito alga, fumarol, dan geyser lainnya yang berada sekitarnya. Dan inilah yang menambah keunikan dari strokkur.
Strokkur terjadi setelah gempa bumi pada tahun 1789 . aktifitasnya berfluktuasi pada abad ke-19 dan pada tahun 1815 tingginya mencapai 60 meter dan terus meletus hingga pergantian abad ke-20 bahkan sampai sekarang.
Banyak wisatawan dari berbagai negara yang berkunjung untuk melihat fenomena alam ini yang bisa dikatakan sangat langka dan begitu uniknya. Sungguh luar biasa ciptaanMu tuhan pencipta Alam semesta dan segala isinya yang telah menciptakan fenomena alam yang sungguh luar biasa indahnya.

Orig : http://faktaunik-ds.blogspot.com/2013/05/air-mancur-yang-unik-nan-indah.html#more
Agar Dijaga Allah
Sekali waktu Nabi Muhammad SAW berpesan kepada Ibnu Abbas, ''Jagalah Allah, niscaya Dia menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu dapati Dia di hadapanmu.''
Ketika menjelaskan hadis ini, Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya Jami'ul-Ulum wal-Hikam menyatakan, ungkapan ''Jagalah Allah'' maksudnya adalah jagalah hukum-hukum Allah, hak-hak-Nya, perintah-perintah-Nya, dan larangan-larangan-Nya. Artinya, lakukanlah perintah-perintah Allah dan tinggalkanlah larangan-larangan-Nya. Juga jangan dilanggar hukum-hukum Allah, baik menyangkut perintah maupun larangan-Nya.
Hadis di atas mengandung wasiat yang agung menyangkut persoalan penting dalam agama. Nabi Sulaiman AS pernah mengatakan, ''Kami telah pelajari ilmu apa pun yang telah dipelajari manusia dan ilmu-ilmu yang belum dipelajari manusia. Ternyata, kami tidak mendapatkan (sesuatu pun) yang sehebat penjagaan Allah, baik di alam gaib maupun di alam nyata.''
Para ulama mengatakan bahwa ada dua bentuk penjagaan Allah SWT itu. Pertama, menjaga seorang hamba menyangkut kepentingan duniawinya, seperti menjaga fisiknya, anaknya, keluarganya, atau harta bendanya.
Allah SWT berfirman, ''Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.'' (Ar-Ra'd: 11).
Penjagaan Allah seperti disebutkan dalam ayat tadi pernah dialami oleh seorang suci bernama Ibrahim bin Adham. Diceritakan, suatu kali Ibrahim bin Adham tertidur di sebuah kebun, sementara di sampingnya ada ular berbisa yang di mulutnya ada seikat bunga narsia. Ular itu terus menggelosor-gelosor sampai sang sufi terbangun.
Kedua, dan inilah bentuk penjagaan Allah yang paling agung, yaitu menjaga hamba dalam hal agamanya dan keimanannya. Sehingga, dalam hidupnya ia terjaga dari hal-hal yang syubhat yang menyesatkan, dari syahwat yang diharamkan dan di saat sakaratul maut pun agamanya tetap terjaga sehingga dia wafat dalam keadaan beriman.
Maka, berbahagialah orang yang dijaga Allah, sehingga hatinya terjaga dari berbagai syubhat dan keraguan, terjaga dari syirik dan nifaq, terjaga dari kebingungan dan kebimbangan, terjaga dari setiap ideologi yang diselinapkan dan merusak akidah.
Bagi orang yang dijaga Allah, maka boleh jadi manusia-manusia di sekitarnya terjerumus dalam kesesatan, penyimpangan, bertindak ilegal, korup, serta tidak punya arah dan tujuan. Namun, orang tadi tetap dijaga Allah, sehingga ia tetap mengenal jalan hidayah, kebaikan, dan kemenangan.
Seorang ulama salafus shaleh berujar, ''Bila maut hendak menjemput seseorang, maka dikatakan kepada malaikat ciumlah kepalanya. Malaikat menjawab: kutemukan dalam kepalanya Alquran. Dikatakan pula: ciumlah hatinya. Sahut malaikat: kutemukan puasa dalam hatinya. Dikatakan lagi: ciumlah kedua kakinya. Ujar malaikat: kutemukan qiyam (bangun untuk ibadah) di kedua kakinya. Malaikat kembali menambahkan: dia telah menjaga dirinya maka Allah pun menjaganya.'' Wallahu a'lam.
Ketika menjelaskan hadis ini, Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya Jami'ul-Ulum wal-Hikam menyatakan, ungkapan ''Jagalah Allah'' maksudnya adalah jagalah hukum-hukum Allah, hak-hak-Nya, perintah-perintah-Nya, dan larangan-larangan-Nya. Artinya, lakukanlah perintah-perintah Allah dan tinggalkanlah larangan-larangan-Nya. Juga jangan dilanggar hukum-hukum Allah, baik menyangkut perintah maupun larangan-Nya.
Hadis di atas mengandung wasiat yang agung menyangkut persoalan penting dalam agama. Nabi Sulaiman AS pernah mengatakan, ''Kami telah pelajari ilmu apa pun yang telah dipelajari manusia dan ilmu-ilmu yang belum dipelajari manusia. Ternyata, kami tidak mendapatkan (sesuatu pun) yang sehebat penjagaan Allah, baik di alam gaib maupun di alam nyata.''
Para ulama mengatakan bahwa ada dua bentuk penjagaan Allah SWT itu. Pertama, menjaga seorang hamba menyangkut kepentingan duniawinya, seperti menjaga fisiknya, anaknya, keluarganya, atau harta bendanya.
Allah SWT berfirman, ''Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.'' (Ar-Ra'd: 11).
Penjagaan Allah seperti disebutkan dalam ayat tadi pernah dialami oleh seorang suci bernama Ibrahim bin Adham. Diceritakan, suatu kali Ibrahim bin Adham tertidur di sebuah kebun, sementara di sampingnya ada ular berbisa yang di mulutnya ada seikat bunga narsia. Ular itu terus menggelosor-gelosor sampai sang sufi terbangun.
Kedua, dan inilah bentuk penjagaan Allah yang paling agung, yaitu menjaga hamba dalam hal agamanya dan keimanannya. Sehingga, dalam hidupnya ia terjaga dari hal-hal yang syubhat yang menyesatkan, dari syahwat yang diharamkan dan di saat sakaratul maut pun agamanya tetap terjaga sehingga dia wafat dalam keadaan beriman.
Maka, berbahagialah orang yang dijaga Allah, sehingga hatinya terjaga dari berbagai syubhat dan keraguan, terjaga dari syirik dan nifaq, terjaga dari kebingungan dan kebimbangan, terjaga dari setiap ideologi yang diselinapkan dan merusak akidah.
Bagi orang yang dijaga Allah, maka boleh jadi manusia-manusia di sekitarnya terjerumus dalam kesesatan, penyimpangan, bertindak ilegal, korup, serta tidak punya arah dan tujuan. Namun, orang tadi tetap dijaga Allah, sehingga ia tetap mengenal jalan hidayah, kebaikan, dan kemenangan.
Seorang ulama salafus shaleh berujar, ''Bila maut hendak menjemput seseorang, maka dikatakan kepada malaikat ciumlah kepalanya. Malaikat menjawab: kutemukan dalam kepalanya Alquran. Dikatakan pula: ciumlah hatinya. Sahut malaikat: kutemukan puasa dalam hatinya. Dikatakan lagi: ciumlah kedua kakinya. Ujar malaikat: kutemukan qiyam (bangun untuk ibadah) di kedua kakinya. Malaikat kembali menambahkan: dia telah menjaga dirinya maka Allah pun menjaganya.'' Wallahu a'lam.
Peranan Akal dan Rasa
Rasa takut maupun rasa hormat dan kagum serta rasa ketergantungan yang berlebih-lebihan ini akan mudah dikontrol, bahkan bisa dicegah, jika manusia mau dan mampu memanfa'atkan dua fasilitas lain yang hanya dikaruniakan oleh Allah sebagai ni'mat-Nya yang tertinggi kepada manusia. Oleh karena itu kedua fasilitas ini sangatlah penting artinya bagi manusia. Keduanya dikaruniakan Allah kepada manusia dengan percuma, justru sebagai penunjang karunia-Nya yang berupa kemerdekaan tadi.
Kedua fasililas ini ialah 'akal dan rasa. Dengan 'akal ini manusia bisa menimbang, menganalisa, memahami, dan akhirnya membuat atau menentukan pilihan yang paling baik untuknya. Sedangkan dengan fasilitas rasa, manusia akan mampu meresapkan dan/atau menciptakan keindahan, menghayati dan/atau menggubah kesenian. Dengan mengembangkan ni'mat rasa, manusia akhirnya bisa menjadi pencinta kebenaran, keindahan atau kesucian, dan keadilan; bukan sekedar menjadi penuntut kebenaran (hak) dan ke'adilan.
Kedua fasililas ini ialah 'akal dan rasa. Dengan 'akal ini manusia bisa menimbang, menganalisa, memahami, dan akhirnya membuat atau menentukan pilihan yang paling baik untuknya. Sedangkan dengan fasilitas rasa, manusia akan mampu meresapkan dan/atau menciptakan keindahan, menghayati dan/atau menggubah kesenian. Dengan mengembangkan ni'mat rasa, manusia akhirnya bisa menjadi pencinta kebenaran, keindahan atau kesucian, dan keadilan; bukan sekedar menjadi penuntut kebenaran (hak) dan ke'adilan.
Ni'mat rasa, jika berkembang subur, juga akan menjadikan manusia mampu menghargai (appreciate) keseimbangan dan keharmonian, bahkan akan meningkatkan watak manusia yang sungguh-sungguh mengembangkannya (baca: mensyukurinya) menjadi manusia pengasih, penyayang, pencinta yang senantiasa rindu dan terikat (committed) kepada kebenaran, keseimbangan, keserasian dan ke'adilan. Kerinduan dan keterikatan (commitment) kepada kebenaran dan ke'adilan ini bisa sedemikian rupa kuatnya, sehingga ia siap berkorban, kalau perlu, untuk memperjuangkan dan mempertahankannya. Inilah pula landasan daripada iman, serta penyebab utama tumbuhnya watak khusyu' atau 'asyik (rindu) akan "Kebenaran Mutlak" (Al-Haq).
Oleh karena itu, kedua ni'mat Allah yang paling penting ini wajib disyukuri manusia. Cara mensyukuri keduanya ialah dengan mempergunakan dan mengembangkan kemampuan (potensi) keduanya secara maksimal dan seimbang, dengan mengasah keduanya sampai menjadi alat yang paling ampuh di dalam mempertahankan kemerdekaan tadi. Manusia yang ber'akal cerdas dan sarat 'ilmu serta berwatak cinta akan ke'adilan dan kebenaran (Ulul 'ilmi Qaaiman bil-Qisthi, Q.3:18), pasti akan menolak mentah-mentah setiap macam bentuk perbudakan dan penindasan, walaupun bagaimana halusnya bentuk perbudakan itu, karena ia hanya kenal tunduk kepada Yang Mutlak.
Mensyukuri ni'mat 'akal berarti mengasahnya atau melatihnya untuk memecahkan masalah-masalah 'ilmu pengetahuan semahir-mahirnya. Mengasah rasa ialah dengan melatihnya menghadapi tantangan-tantangan hidup, mendidiknya menjadi cinta, bahkan rindu akan kebenaran dan ke'adilan, sehingga ia berani dan siap berkorban, jika perlu, apabila ia dihadapkan kepada kenyataan, bahwa kebenaran dan ke'adilan itu sedang terancam atau diperkosa oleh siapapun. Masyarakat yang anggota-anggotanya cerdas, ber'ilmu dan terdidik cinta akan kebenaran dan ke'adilan tidak akan pernah bersikap "nrimo ". Di kalangan masyarakat yang ber'ilmu dan berpendidikan tinggi, manusia-manusia yang kejangkitan penyakit iblis --yang berwatak "kibir" atau sombong-- tadi biasanya tidak mendapat pasaran.
Kepada manusia yang berkwalitas cerdas, ber'ilmu dan terdidik cinta dan merasa terikat (committed) akan kebenaran dan ke'adilan inilah, ni'mat Allah yang tertinggi, yakni hidayah iman akan dianugerahkan. Memang, ni'mat hidayah iman, dalam arti kata yang sesungguhnya akan diberikan hanya kepada manusia yang berkwalitas tersebut. Tanpa kwalitas seperti itu Allah tidak pernah menjamin akan mengkaruniakannya. Sedangkan seorang jauhari tidak akan memasangkan intan di atas cincin tembaga, konon pula Allah Yang Maha 'Arif. Inilah yang dimaksud dengan firman-Nya: "Barang siapa ditunjuki Allah, ia mendapat petunjuk (hidayah); barangsiapa yang sesat mereka menderita kerugian." (Q. 7:178).
Ayat ini membuktikan, bahwa nikmat hidayah (iman dan 'ilmu) tidak pernah diberikan Allah secara percuma (gratis). Perbedaan nikmat iman dan 'ilmu dengan nikmat kehidupan dan kemerdekaan, justru dalam hal ini. Nikmat kehidupan dan kemerdekaan diberikan percuma oleh Allah kepada setiap orang, bahkan prasarana dan alat bantu untuk mempertahankan dan memperkembangkannya diberikan Allah dengan percuma pula. Prasarana untuk menunjang kehidupan ini ialah instinct dan nafsu. Tanpa kedua penunjang ini manusia tidak akan dapat mempertahankan hidupnya, oleh karena itu nikmat instinct dan nafsu diberikan Allah gratis dan keduanya berkembang bersama dan sebanding dengan tingkat kehidupan itu.
Nikmat kemerdekaan, sebagaimana yang telah diterangkan di atas, ditunjang oleh nikmat akal dan rasa, yang juga dikaruniakan Allah gratis. Namun, jika nikmat akal dan rasa ini dikembangkan (disyukuri) secara sungguh-sungguh dan maksimal, maka keduanya akan bisa menjadi sebab datangnya anugerah Allah yang paling tinggi itu, yang hanya dikaruniakan Allah kepada manusia-manusia terpilih, yaitu orang-orang yang berjuang (berjihad) memanfaatkan keduanya secara optimal, itulah yang dimaksud dengan firman Allah: "Mereka yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami pasti akan Kami tunjuki (beri hidayah) jalan-jalan Kami; Sungguh, Allah bersama orang yang berbuat baik." (Q. 29:69)
Jadi untuk mendapatkan petunjuk Allah yang berupa iman dan 'ilmu secara pasti, manusia perlu berjuang (berjihad), dan karena itu pula perjuangan untuk mencari hidayah ('iman dan 'ilmu), yang jika telah diperoleh akan mampu mempertahankan dan meningkatkan nilai kehidupan dan kemerdekaan, adalah bentuk perjuangan yang dinilai paling tinggi oleh Allah, sehingga orang yang sampai gugur dalam perjuangan ini akan diangkat langsung ke dalam surga Jannatunna'im. Perjuangan seperti ini dinamakan perjuangan menempuh jalan Allah (sabili-Llah) dan mereka yang gugur tidak boleh disebutkan mati, karena pada hakikatnya mereka itu tetap hidup sebagai saksi-saksi kemanusiaan (syuhada). Bukanlah nilai kemanusiaan itu tidak akan pernah mati.
Bagi mereka yang enggan berjuang, Allah tidak pernah menjamin akan menganugerahi mereka hidayah iman dan 'ilmu. Yang dimaksud dengan: "barangsiapa yang sesat" di dalam ayat (Q.7:178) di atas, tiada lain ialah mereka yang tidak dengan sungguh-sungguh mensyukuri (baca: mengembangkan secara maksimal) potensi akal dan rasa mereka. Padahal anugerah yang lain, yang lebih rendah nilainya, misalnya rezeki, tetap dijamin Allah bagi setiap makhluk-Nya yang sudah diberinya kehidupan, bahkan binatang sekalipun. Inilah yang dimaksudkan-Nya dengan ayat-Nya:
"Betapa banyaknya binatang yang tiada membawa bekal, namun Allah menjamin rezeki mereka serta rezeki kamu. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (Q.29:60)
Ayat yang hampir sama maksudnya ialah (Q. 11:6), juga menjamin disediakannya rezeki bagi setiap yang diberi-Nya kehidupan.
"Tiada yang melata di muka bumi, melainkan tanggungan Allah rezekinya."
Oleh karena itu, orang yang beriman akan ayat-ayat ini pasti akan menjadi manusia yang berwatak optimis di dalam menghadapi kebutuhan materielnya; ia tidak akan pernah terlalu risau akan rezeki, yang diyakininya pasti akan diperolehnya selama hayat dikandung badan. Yang menjadi fokus perhatiannya di dalam menjalani hidup di dunia ini, ialah bagaimana mempertahankan kemerdekaannya sebagai manusia yang punya harga diri serta bagaimana mempertebal imannya, sehingga betul-betul menjadi manusia bertaqwa yang diredhai Allah Maha Pencipta yang dikasihinya.
Ia merasa tidak perlu menuntut hak-hak istimewa terhadap masyarakat sekitarnya, karena ia yakin bahwa manusia ini sama dan semuanya hamba Allah, dan ia merasa tidak perlu berendah diri terhadap orang lain, karena perbedaan derajat antara manusia di sisi Allah hanyalah diukur oleh mutu ketaqwaan seseorang terhadap Allah SWT. Oleh karena itu pula manusia yang berwatak begini tidak akan pernah bersemangat "nrimo" seperti diterangkan di atas, konon pula berwatak budak terhadap orang lain.
Sebaliknya, manusia seperti ini dalam kesempatan yang bagaimanapun tidak akan menjadi seorang yang otoriter, konon pula seorang tiran, karena ia yakin, bahwa tirani berarti memperkosa hak asasi manusia lain sesama hamba Allah SWT. Dengan kata lain ia yakin, bahwa otoriterisme dan tirani bertentangan dengan kemanusiaan yang 'adil dan beradab.
Ia merasa tidak perlu menuntut hak-hak istimewa terhadap masyarakat sekitarnya, karena ia yakin bahwa manusia ini sama dan semuanya hamba Allah, dan ia merasa tidak perlu berendah diri terhadap orang lain, karena perbedaan derajat antara manusia di sisi Allah hanyalah diukur oleh mutu ketaqwaan seseorang terhadap Allah SWT. Oleh karena itu pula manusia yang berwatak begini tidak akan pernah bersemangat "nrimo" seperti diterangkan di atas, konon pula berwatak budak terhadap orang lain.
Sebaliknya, manusia seperti ini dalam kesempatan yang bagaimanapun tidak akan menjadi seorang yang otoriter, konon pula seorang tiran, karena ia yakin, bahwa tirani berarti memperkosa hak asasi manusia lain sesama hamba Allah SWT. Dengan kata lain ia yakin, bahwa otoriterisme dan tirani bertentangan dengan kemanusiaan yang 'adil dan beradab.
Akhlak dan Budi Pekerti Rasulullah
Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. ‘Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: "Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan." (HR. Ahmad).
Demikianlah akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau.
Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan:
“Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: “riya’, berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat.”
Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: “beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala.”
Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah.
Beliau bersabda: “Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia.”
Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis.” (HR. At-Tirmidzi).
Cobalah perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu 'alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.
Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengajarkan perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah: “Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka.” (HR. Al-Bukhari).
Di antaranya juga: “Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah.” (Muttafaq ‘alaih).
Dan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam: “Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud).
Demikian pula sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam: “Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu.” (HR. Abu Daud).
Diriwayatkan juga dari beliau: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih).
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: "Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan." (HR. Ahmad).
Demikianlah akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau.
Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan:
“Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: “riya’, berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat.”
Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: “beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala.”
Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah.
Beliau bersabda: “Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia.”
Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis.” (HR. At-Tirmidzi).
Cobalah perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu 'alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.
Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengajarkan perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah: “Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka.” (HR. Al-Bukhari).
Di antaranya juga: “Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah.” (Muttafaq ‘alaih).
Dan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam: “Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud).
Demikian pula sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam: “Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu.” (HR. Abu Daud).
Diriwayatkan juga dari beliau: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih).
Rabu, 26 Juni 2013
Belajar dari Adzan
Adzan yang sering kita dengar setiap hari, sepertinya berlalu begitu saja tanpa ada arti. Hanya sekedar mengingatkan kita bahwa sekarang sudah jam sholat subuh dan sholat lainnya. Sejarah adzan adalah saat Rasul dan sahabat sedang memikirkan bagaimana mengumpulkan umat untuk melaksanakan sholat. Ada beberapa usul yang muncul, seperti harus membunyikan lonceng, meniup terompet dan yang lainnya. Tetapi tidak ada yang disepakati. Suatu malam seorang sahabat bermimpi bahwa dia diajarkan sebuah seruan untuk mengumpulkan umat melaksanakan sholat.
Pagi harinya ia bertemu dengan Rasul dan menceritakan kisah mimpinya tersebut semalam. Dan Rasul-pun setuju. Maka dipanggilnya Bilal untuk mengucapkan kalimat yang diajarkan sahabat tersebut, karena beliau mempunyai suara yang keras dan merdu. Kalimat tersebut kini kita kenal dengan Adzan. Mari kita coba uraikan kalimat-kalimat tersebut.
Allohu akbar, Allohu akbar. Allohu akbar, Allohu akbar. Dalam kehidupan ini kita harus mengawalinya dengan mengagungkan Alloh. Karena tak ada satupun di dunia ini yang tidak hasil karya dari Alloh yang memiliki pengetahuan yang maha luas. Jatuhnya daun dari pepohonan, isi kandungan wanita, tidak ada rahasia bagi Alloh. Allohu akbar.
Asyhadu ala illa ha ilallaah, Asyhadu ala illa ha ilallaah. Setelah kita mengawali kehidupan dengan mengagungkan Allohu akbar, maka kita ikrarkan dalam diri ini, diri bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Alloh. Ikrar ini adalah ikrar ketauhidan kita dihadapan Alloh. Dengan itu kita menjalani kehidupan ini penuh kepastian, bahwa hanya Alloh-lah tujuan akhir dari kehidupan ini.
Asyhadu anna Muhammad darrosulullaah, Asyhadu anna Muhammad darosulullaah. Risalah Alloh tidak akan diturunkan-Nya secara langsung kepada seluruh manusia didunia. Walaupun bagi Alloh itu mungkin karena Allohu akbar. Tapi Alloh menurunkan risalah-Nya melalui seseorang. Dan ternyata Muhammad adalah dipilih oleh Alloh sebagai pembawa risalah-Nya yang terakhir, karena setelah beliau tidak ada lagi pembawa risalah langit.
Hayya alash sholah, Hayya alash sholah. Rukun islam setelah syahadat adalah sholat. Ingat, sholat ini diperintahkan langsung oleh Alloh dengan peristiwa isra’ dan mi’raj nabi Muhammad saw. Betapa nilai sholat sangat agung. Maka sholat merupakan kewajiban setiap pribadi muslim, karena sebagai identitas keimanan kita. Bahkan bukan saat hidup saja kita harus sholat, bahkan saat matipun kita di sholatkan. Betapa ruginya diriku bila sampai meninggalkan sholat. Apabila baik sholat kita, maka akan baik pula amalan-amalan kita. Apabila buruk sholat kita maka akan buruk pula amalan-amalan kita. Dalam kesempatan ini, kami sampaikan kepada saudara-saudaraku seiman, agar selalu menegakkan sholat (yang lima waktu dan yang sunah), hingga akhir hayat. Karena dengan menegakkan sholat kita membuka pintu kebahagiaan dunia terlebih di akhirat nanti.
Hayya ala falah, Hayya ala falah. Kita lima (5) kali sehari setidaknya diingatkan untuk selalu mencari kebahagiaan. Ternyata kebahagiaan itu tidak jauh, yaitu dengan menegakkan sholat kita akan bahagia. Bukankah dalam hidup ini kita ingin bahagia? Siapa yang hidup di dunia ini tidak ingin bahagia, bahkan sampai hari akhirpun kita ingin berbahagia memasuki surga. Bahagia milik si kaya atau si miskin, milik rakyat atau penguasa, milik semua orang. Maka untuk mencari bahagia marilah tegakkan sholat.
Allohu akbar Allohu akbar. Apabila bahagia telah kita raih, Alloh mengingatkan agar kita jangan sampai lupa daratan atau menjadi orang yang tidak bersyukur. Yaitu dengan Allohu akbar, kita yakini bahwa apa yang kita raih adalah hakekatnya Alloh memberikan kepada kita cobaan, bila kita bersyukur akan bertambah kebahagiaan dan apabila ingkar Alloh akan cabut nikmat itu bahkan akan di azab dengan pedih, karena Allohu akbar.
La illa ha illallaah. Akhir dari kehidupan kita jangan sampai melupakan Alloh. Dan inilah kalimat yang semoga dapat kita ucapkan menjelang akhir dari kehidupan kita semua, amiin. Saudara-saudaraku seiman, inilah sekelumit pelajaran yang dapat diambil dari gema adzan yang sering kita dengar sehari-hari. Kebenaran itu datang dari Alloh, dan kesalahan ada pada diri hamba yang lemah ini, mohon dimaafkan. Dan kami yakin saudara-saudara lebih banyak yang bisa mengambil pelajaran dari adzan yang kita dengar. Bahkan ada juga orang non muslim masuk islam hanya karena mendengar adzan. Allohu akbar, Laa illa ha illalloh.
Pagi harinya ia bertemu dengan Rasul dan menceritakan kisah mimpinya tersebut semalam. Dan Rasul-pun setuju. Maka dipanggilnya Bilal untuk mengucapkan kalimat yang diajarkan sahabat tersebut, karena beliau mempunyai suara yang keras dan merdu. Kalimat tersebut kini kita kenal dengan Adzan. Mari kita coba uraikan kalimat-kalimat tersebut.
Allohu akbar, Allohu akbar. Allohu akbar, Allohu akbar. Dalam kehidupan ini kita harus mengawalinya dengan mengagungkan Alloh. Karena tak ada satupun di dunia ini yang tidak hasil karya dari Alloh yang memiliki pengetahuan yang maha luas. Jatuhnya daun dari pepohonan, isi kandungan wanita, tidak ada rahasia bagi Alloh. Allohu akbar.
Asyhadu ala illa ha ilallaah, Asyhadu ala illa ha ilallaah. Setelah kita mengawali kehidupan dengan mengagungkan Allohu akbar, maka kita ikrarkan dalam diri ini, diri bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Alloh. Ikrar ini adalah ikrar ketauhidan kita dihadapan Alloh. Dengan itu kita menjalani kehidupan ini penuh kepastian, bahwa hanya Alloh-lah tujuan akhir dari kehidupan ini.
Asyhadu anna Muhammad darrosulullaah, Asyhadu anna Muhammad darosulullaah. Risalah Alloh tidak akan diturunkan-Nya secara langsung kepada seluruh manusia didunia. Walaupun bagi Alloh itu mungkin karena Allohu akbar. Tapi Alloh menurunkan risalah-Nya melalui seseorang. Dan ternyata Muhammad adalah dipilih oleh Alloh sebagai pembawa risalah-Nya yang terakhir, karena setelah beliau tidak ada lagi pembawa risalah langit.
Hayya alash sholah, Hayya alash sholah. Rukun islam setelah syahadat adalah sholat. Ingat, sholat ini diperintahkan langsung oleh Alloh dengan peristiwa isra’ dan mi’raj nabi Muhammad saw. Betapa nilai sholat sangat agung. Maka sholat merupakan kewajiban setiap pribadi muslim, karena sebagai identitas keimanan kita. Bahkan bukan saat hidup saja kita harus sholat, bahkan saat matipun kita di sholatkan. Betapa ruginya diriku bila sampai meninggalkan sholat. Apabila baik sholat kita, maka akan baik pula amalan-amalan kita. Apabila buruk sholat kita maka akan buruk pula amalan-amalan kita. Dalam kesempatan ini, kami sampaikan kepada saudara-saudaraku seiman, agar selalu menegakkan sholat (yang lima waktu dan yang sunah), hingga akhir hayat. Karena dengan menegakkan sholat kita membuka pintu kebahagiaan dunia terlebih di akhirat nanti.
Hayya ala falah, Hayya ala falah. Kita lima (5) kali sehari setidaknya diingatkan untuk selalu mencari kebahagiaan. Ternyata kebahagiaan itu tidak jauh, yaitu dengan menegakkan sholat kita akan bahagia. Bukankah dalam hidup ini kita ingin bahagia? Siapa yang hidup di dunia ini tidak ingin bahagia, bahkan sampai hari akhirpun kita ingin berbahagia memasuki surga. Bahagia milik si kaya atau si miskin, milik rakyat atau penguasa, milik semua orang. Maka untuk mencari bahagia marilah tegakkan sholat.
Allohu akbar Allohu akbar. Apabila bahagia telah kita raih, Alloh mengingatkan agar kita jangan sampai lupa daratan atau menjadi orang yang tidak bersyukur. Yaitu dengan Allohu akbar, kita yakini bahwa apa yang kita raih adalah hakekatnya Alloh memberikan kepada kita cobaan, bila kita bersyukur akan bertambah kebahagiaan dan apabila ingkar Alloh akan cabut nikmat itu bahkan akan di azab dengan pedih, karena Allohu akbar.
La illa ha illallaah. Akhir dari kehidupan kita jangan sampai melupakan Alloh. Dan inilah kalimat yang semoga dapat kita ucapkan menjelang akhir dari kehidupan kita semua, amiin. Saudara-saudaraku seiman, inilah sekelumit pelajaran yang dapat diambil dari gema adzan yang sering kita dengar sehari-hari. Kebenaran itu datang dari Alloh, dan kesalahan ada pada diri hamba yang lemah ini, mohon dimaafkan. Dan kami yakin saudara-saudara lebih banyak yang bisa mengambil pelajaran dari adzan yang kita dengar. Bahkan ada juga orang non muslim masuk islam hanya karena mendengar adzan. Allohu akbar, Laa illa ha illalloh.
Wanita Ahli Surga dan Ciri-cirinya
Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana- bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.
Dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?
Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.
Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :
Dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai- sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (QS. Muhammad : 15)
Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang- orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (QS. Al Waqiah : 10-21)
Di samping mendapatkan kenikmatan- kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Taala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari- bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Quran yang mulia, di antaranya :
Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. Al Waqiah : 22-23)
Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari- bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (QS. Ar Rahman : 56)
Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. (QS. Ar Rahman : 58)
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya. (QS. Al Waqiah : 35-37)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :
seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya. (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu)
Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Di antara yang didendangkan oleh mereka : Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan. Dan mereka juga mendendangkan : Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi. (Shahih Al Jami nomor 1557)
Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga |
Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?
Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.
Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :
- Bertakwa.
- Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat- Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
- Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.
- Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan- akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
- Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul- Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
- Gemar membaca Al Quran dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
- Menghidupkan amar maruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
- Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
- Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
- Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
- Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
- Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
- Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
- Berbakti kepada kedua orang tua.
- Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.
Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422- 423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Taala berfirman :
dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai- sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar. (QS. An Nisa : 13).
Wallahu A'lam Bis Shawab
Adil | Perbuatan Baik
Berbuat baik merupakan misi Islam terpenting bagi kehidupan manusia. Islam memerintahkan Muslim untuk berbuat baik kepada semua makhluk, terutama kepada sesama manusia. Dalam Alquran, perintah berbuat baik kadangkala beriringan dengan perintah menegakkan keadilan. Ini mengisyaratkan tegak dan berkembangnya perbuatan baik dalam kehidupan manusia didukung kebiasaan berlaku adil. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan." (QS 16:90).
Islam mendorong Muslim berlomba-lomba berbuat baik. Balasan bagi para pemenangnya diberikan Allah di akhirat kelak berupa surga. Allah berfirman, "Berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2:148). Perbuatan baik lahir dari iman dan takwa, serta hanya mengharap balasan dari Allah di dunia dan akhirat. "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab, 'Allah telah menurunkan kebaikan'. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS 16:30).
Perbuatan baik lahir dari orang-orang yang memiliki sifat-sifat baik dalam dirinya. Sifat-sifat yang baik hanya diberikan Allah kepada orang yang sabar. Allah berfirman, "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS 41:35).
Di antara perbuatan baik adalah memberikan bantuan moral, material, tenaga, dan bersikap baik kepada sesama manusia. Perbuatan baik perlu ditunjukkan kepada karib kerabat terdekat, tetangga, dan sesama manusia. Allah berfirman, "Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu." (QS.4:36).
Bentuk lain perbuatan baik, menggunakan harta sesuai perintah Allah demi kepentingan dunia dan akhirat. Allah berfirman, "Belanjakanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2:195).
Kebaikkan yang bernilai tinggi di sisi Allah adalah berbuat baik kepada orang yang jahat kepada kita. Allah berfirman, "Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan." (QS 28:54).
Setiap kebaikan mendapat balasan lebih baik dari Allah dan setiap kejahatan mendapat balasan sebanding dengannya. Allah berfirman, "Siapa yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS 28:84). [Firdaus]
Islam mendorong Muslim berlomba-lomba berbuat baik. Balasan bagi para pemenangnya diberikan Allah di akhirat kelak berupa surga. Allah berfirman, "Berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2:148). Perbuatan baik lahir dari iman dan takwa, serta hanya mengharap balasan dari Allah di dunia dan akhirat. "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab, 'Allah telah menurunkan kebaikan'. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS 16:30).
Perbuatan baik lahir dari orang-orang yang memiliki sifat-sifat baik dalam dirinya. Sifat-sifat yang baik hanya diberikan Allah kepada orang yang sabar. Allah berfirman, "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS 41:35).
Di antara perbuatan baik adalah memberikan bantuan moral, material, tenaga, dan bersikap baik kepada sesama manusia. Perbuatan baik perlu ditunjukkan kepada karib kerabat terdekat, tetangga, dan sesama manusia. Allah berfirman, "Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu." (QS.4:36).
Bentuk lain perbuatan baik, menggunakan harta sesuai perintah Allah demi kepentingan dunia dan akhirat. Allah berfirman, "Belanjakanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2:195).
Kebaikkan yang bernilai tinggi di sisi Allah adalah berbuat baik kepada orang yang jahat kepada kita. Allah berfirman, "Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan." (QS 28:54).
Setiap kebaikan mendapat balasan lebih baik dari Allah dan setiap kejahatan mendapat balasan sebanding dengannya. Allah berfirman, "Siapa yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS 28:84). [Firdaus]

Selasa, 25 Juni 2013
Kebohongan
Kebohongan
Semasa Rasulullah SAW masih hidup, seorang sahabat bertanya, ''Mungkinkah seorang Mukmin itu pengecut?'' ''Mungkin,'' jawab Rasulullah. ''Mungkinkah seorang Mukmin itu bakhil (kikir)?'' ''Mungkin,'' lanjut Rasulullah. ''Mungkinkah seorang Mukmin itu pembohong?'' Rasulullah SAW menjawab, ''Tidak!''
Ulama besar dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Sayid Sabiq (almarhum) ketika menukilkan hadis ini dalam bukunya Islamuna menjelaskan bahwa iman dan kebiasaan bohong tidak bisa berkumpul dalam hati seorang Mukmin. Rasulullah SAW berwasiat agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat pembohong. Sebab, Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi yang tidak jujur.
Kita baca sejarah pribadi besar Nabi Muhammad SAW, selama 40 tahun beliau menjadi pribadi yang jujur lebih dulu, hingga digelari Al-Amin, baru kemudian diangkat menjadi utusan Allah untuk mengajarkan Islam kepada umat manusia. Sabda Rasulullah, ''Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata benar. Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang selalu berkata benar, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan, jauhilah kebohongan. Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.'' (HR Bukhari-Muslim).
Bohong dengan kata atau perbuatan merupakan salah satu tanda-tanda nifaq (kemunafikan). Islam memandang kebohongan adalah induk dari berbagai dosa dan kerusakan dalam masyarakat. Krisis multidimensi yang melanda negara kita bermuara pada krisis akhlak. Salah satu bentuk krisis akhlak yang berdampak luas ialah krisis kejujuran. Krisis kejujuran menyuburkan praktik korupsi yang menggerogoti sendi-sendi kebangsaan. Karena kepandaian membohongi dan membuat lingkaran kebohongan, maka sebagian besar perbuatan korupsi, kolusi, suap, dan pungli sulit pembuktiannya. Kebohongan dapat membuat campur aduknya hal yang haq dan yang bathil. Sesuatu yang bathil seolah tampak sebagai kebenaran karena kepandaian membuat rekayasa dan kamuflase.
Upaya memberantas korupsi, kolusi, suap, dan pungli takkan membawa hasil yang berarti tanpa diikuti kejujuran dalam penegakan hukum. Jika mau membersihkan moral birokrasi kita, maka yang pertama harus dilakukan ialah membangun kultur kejujuran, hingga setiap orang merasa malu melakukan kebohongan apa pun. Mari kita tegakkan kejujuran dan berhenti berbohong. Kejujuran tidak cukup sekadar slogan, tapi harus menjadi karakter dan kultur masyarakat. Sistem pemerintahan yang bersih dan transparan hanya dapat terwujud kalau para pemimpin dan segenap elemen bangsa konsisten dengan prinsip kejujuran. Katakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.
Pengurusan Jenazah
Pengurusan Jenazah
Seornag muslim yang sudah meninggal harus diurus jenazahnya secara terhormat. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan bagi orang yang telah meninggal dunia, yaitu :
Seornag muslim yang sudah meninggal harus diurus jenazahnya secara terhormat. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan bagi orang yang telah meninggal dunia, yaitu :
- Hendaklah segera dipejamkan matanya, ditutup mulutnya, kemudian dilipatkan kedua tangannya di atas badanya dan kedua kakinya diluruskan.
- Hendaknya ditutup seluruh tubuhnya dengan kain dan jangan sampai terbuka auratnya.
- Memberitakan kepada zanak famili jenazah dan bagi orang yang mengetahuinya hendaknya segera berta'ziah di rumah duka.
Kewajiban Terhadap Jenazah
Kewajiban pengurusan jenazah bagi orang yang masih hidup adalah memandikan, menggafankan, menyolatkan dan menguburkan. Kewajiban-kewajiban ini termasuk fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam yang jika telah dilaksanakan oleh sebagian mereka dianggap mencukupi. Tetapi jika diantara umat Islam tidak ada yang melaksanakan maka umat Islam seluruh daerah itu berdosa semua.
a. Memandikan Jenazah
Syarat-syarat jenazah yang harus dimandikan :
Kewajiban pengurusan jenazah bagi orang yang masih hidup adalah memandikan, menggafankan, menyolatkan dan menguburkan. Kewajiban-kewajiban ini termasuk fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam yang jika telah dilaksanakan oleh sebagian mereka dianggap mencukupi. Tetapi jika diantara umat Islam tidak ada yang melaksanakan maka umat Islam seluruh daerah itu berdosa semua.
a. Memandikan Jenazah
Syarat-syarat jenazah yang harus dimandikan :
- Jenazah itu mulim atau muslimah
- Badan atau anggota badannya masih ada walaupun hanya sebagain yang tinggal
- Jenazah itu bukan mati syahid (mati dalam perang membela Islam)
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Jabir ra, sesungguhnya Nabi SAW telah memerintahkan sehubungan orang-prang yang gugur dalam perang uhud supaya mereka dikuburkan dengan darah mereka, tidak dimandikan dan tidak pula dishalatkan. (HR. Al-Bukhari).
Cara Memandikan Jenazah
- Jenazah ditempatkan di tempat yang terlindung dari panas matahari, hujan atau pandangan orang banyak. Jenazah diletakkn pada tempat yang lebih tinggi seperti dipan/balai.
- Jenazah diberi pakaian basahan misalnya sarung supaya auratnya tertutup. Yang memandika hendaknya memakai sarung tangan.
- Air untuk memandikan jenazah disunnahkan diberi daun bidara atau sesuatu yang dpaat menghilangkan daki seperti sabun atau yang lain. Sebagian dari air ada yang dicampur dengan kapur barus untuk digunakan sebagai siraman terakhir.
- Jenazah yang akan dimandikan dibersihkan terlebih dahulu dari najis yang melekat pada anggota badannya.
- Kotoran yang mungkin ada di dalam perut jenazah dikeluarkan dengan cara menekan perutnya secara berhati-hati kemudian disucikan dengan air. Kotoran yang ada pada kuku jari-jari tangan dan kai termasuk kotoran yang ada di mulut atau gigi dibersihkan.
- Menyiramkan air ke seluruh tubuh jenazah sampai merata dari kepala hingga ke ujung kaki dengan cara membaringkan jenazah ke kiri ketika membasuh anggota yang kanan dan membaringkan badannya ke kanan ketika membasuh anggota badannya yang kiri.
Serangkaian kegiatan ini dihitung satu kali basuhan dalam memandikan jenazah. Sedangkan untuk memandikan jenazah disunnahkan 3 kali atau 5 kali. Basuhan terakhir dengan menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus. - Dalam memandikan jenazah disunnahkan mendahulukan anggota wudhu dan anggota badan sebelah kanan.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Ummi Athiyah ra, Nabi SAW telah masuk kepada kami ketika kami memandikan putri beliau kemudian bersabda : "Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih jika kamu pandang baik lebih dari itu dengan air dan daun bidara, dan basuhlah yang terakhir dicampur dengan kapur barus". (HR. Al-Bbukhari dan Muslim)
Pada riwayat lain : "Mulailah dengan bagian badannya yang kanan dan anggota wudhu dari jenazah tersebut".
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda mengenai orang yang mati terjatuh dari kendaraannya yaitu : "Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Orang yang Berhak Memandikan Jenazah
Jika jenazah itu laki-laki, maka yang memandikannya harus orang laki-laki, kecuali istri dan mahramnya. Demikian juga jika jenazah itu wanita, maka yang memandikannya harus wanita, kecuali suami dan mahramnya. Jika suami dan mahramnya semuanya ada, maka suami lebih berhak memandikan istrinya, demikian juga jika istri dan mahramnya semuanya ada, maka istri lebih berhak memandikan suaminya.
Jika yang meninggal seorang laki-laki dab di tempat itu tidak ada orang lak-laki, istri maupun mahramnya, maka jenazah itu cukup ditayamumkan saja, tidak dimakndikan oleh wanita lain. Demikian juga bila yang meninggal seorang wanita dan di tempat itu tidak ada suami atau mahramhya,maka jenzah cukup ditayamumkan saja. Jika jenazah itu masih anak-anak, baik laki-laki atau wanita, maka yang memandikannya boleh dari kaum laki-laki atau wanita.
b. Mengafani Jenazah
Yang dimaksud mengafani jenazah adalah membungkus jenazah dengan kain. Kain kafan diberli dari harta peninggalan mayat. Jika mayat tidak meninggalkan harta, maka kain kafan menjadi tanggungan orang yang menanggung nafkahnya ketika ia masih hidup. Jika yang menanggung nafkahnya juga tidak ada, maka kain kafan menjadi tanggungan kaum muslimin yang mampu.
Kain untuk mengafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat menutupi seluruh tubuh mayat baik laki-laki maupun perempuan. Bagi yang mampu disunnahkan untu mayat laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain tanpa baju dan sorban, sedangkan untuk mayat wanita disunnahkan lima lapis kain masing-masing untuk kain panjang (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung atau semacam cadar dan sehelai kain yang menutupi seluruh tubuhnya.
Kain kafan diutamakan yang berwarna putih, tetapi jika tidak ada, warna apapun diperbolehkan dan diberi kapur barus dan harum-haruman.
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW telah dikafani dengan tiga lapis kain yang putih bersih yang terbuat dari kapas, tidak ada di dalamnya baju maupun sorban. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Laila binti Qanif ra, ia berkata : "Saya adalah seorang yang ikut memandikan Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW ketika wafatnya. Yang mula-mula diberikan oleh Rasulullah pada kamu adalah kain basahan, kemudian baju, kemudian tutup kepala, kemudian kerudung (semacam cadar) dan sesudah itu dimasukkan dalam kain yang lain (yang menutupi sekalian tubuhnya)." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Rasulullah SAW bersabda : "Pakailah kain kamu yang putih, karena sesungguhnya sebaik-baik kain adalah kain yang putih dan kafanilah oleh kamu dengan kain yang putih itu." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
c. Menyolatkan jenazah
Masalah sholat jenazah ini sudah dibahas pada bunga rampai 4, silahkan lihat kembali.
d. Menguburkan Jenazah
Jenzah dikuburkan setelah dishalatkan. Menguburkan jenazah ini hendaknya disegerakan karena sesuai dengan sabda Nabi SAW :
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : "Segeralah membawa jenazah, karena jika ia orang yang shaleh maka kamu menyegerakannya kepada kebaikan, dan jika ia bukan orang shaleh maka suapay kejahatan itu terbuang dari tanggunganmu." (HR. Jama'ah).
Jenazah hendaknya dipikul oleh empat orang dan diantarkan oleh keluarga dan teman-temannya sampai ke pemakaman.
Dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata : "Siapa yang menghantarkan jenazah maka hendaklah memikul pada keempat penjuru keranda, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan sunnah (peraturan Nabi SAW)." (HR. Ibnu Majah).
Langkah-langkah Penguburan Jenazah
Jika jenazah itu laki-laki, maka yang memandikannya harus orang laki-laki, kecuali istri dan mahramnya. Demikian juga jika jenazah itu wanita, maka yang memandikannya harus wanita, kecuali suami dan mahramnya. Jika suami dan mahramnya semuanya ada, maka suami lebih berhak memandikan istrinya, demikian juga jika istri dan mahramnya semuanya ada, maka istri lebih berhak memandikan suaminya.
Jika yang meninggal seorang laki-laki dab di tempat itu tidak ada orang lak-laki, istri maupun mahramnya, maka jenazah itu cukup ditayamumkan saja, tidak dimakndikan oleh wanita lain. Demikian juga bila yang meninggal seorang wanita dan di tempat itu tidak ada suami atau mahramhya,maka jenzah cukup ditayamumkan saja. Jika jenazah itu masih anak-anak, baik laki-laki atau wanita, maka yang memandikannya boleh dari kaum laki-laki atau wanita.
b. Mengafani Jenazah
Yang dimaksud mengafani jenazah adalah membungkus jenazah dengan kain. Kain kafan diberli dari harta peninggalan mayat. Jika mayat tidak meninggalkan harta, maka kain kafan menjadi tanggungan orang yang menanggung nafkahnya ketika ia masih hidup. Jika yang menanggung nafkahnya juga tidak ada, maka kain kafan menjadi tanggungan kaum muslimin yang mampu.
Kain untuk mengafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat menutupi seluruh tubuh mayat baik laki-laki maupun perempuan. Bagi yang mampu disunnahkan untu mayat laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain tanpa baju dan sorban, sedangkan untuk mayat wanita disunnahkan lima lapis kain masing-masing untuk kain panjang (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung atau semacam cadar dan sehelai kain yang menutupi seluruh tubuhnya.
Kain kafan diutamakan yang berwarna putih, tetapi jika tidak ada, warna apapun diperbolehkan dan diberi kapur barus dan harum-haruman.
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW telah dikafani dengan tiga lapis kain yang putih bersih yang terbuat dari kapas, tidak ada di dalamnya baju maupun sorban. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Laila binti Qanif ra, ia berkata : "Saya adalah seorang yang ikut memandikan Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW ketika wafatnya. Yang mula-mula diberikan oleh Rasulullah pada kamu adalah kain basahan, kemudian baju, kemudian tutup kepala, kemudian kerudung (semacam cadar) dan sesudah itu dimasukkan dalam kain yang lain (yang menutupi sekalian tubuhnya)." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Rasulullah SAW bersabda : "Pakailah kain kamu yang putih, karena sesungguhnya sebaik-baik kain adalah kain yang putih dan kafanilah oleh kamu dengan kain yang putih itu." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
c. Menyolatkan jenazah
Masalah sholat jenazah ini sudah dibahas pada bunga rampai 4, silahkan lihat kembali.
d. Menguburkan Jenazah
Jenzah dikuburkan setelah dishalatkan. Menguburkan jenazah ini hendaknya disegerakan karena sesuai dengan sabda Nabi SAW :
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : "Segeralah membawa jenazah, karena jika ia orang yang shaleh maka kamu menyegerakannya kepada kebaikan, dan jika ia bukan orang shaleh maka suapay kejahatan itu terbuang dari tanggunganmu." (HR. Jama'ah).
Jenazah hendaknya dipikul oleh empat orang dan diantarkan oleh keluarga dan teman-temannya sampai ke pemakaman.
Dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata : "Siapa yang menghantarkan jenazah maka hendaklah memikul pada keempat penjuru keranda, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan sunnah (peraturan Nabi SAW)." (HR. Ibnu Majah).
Langkah-langkah Penguburan Jenazah
- Mula-mula digali liang kubur sepanjang badan jenazah dengan lebar satu meter dan dalam lebih kurang dua meter. Di dasar lubang dibuat liang lahat miring ke kiblat kira-kira muat mayat, atau jika tanahnya mudah runtuh dapat digali liang tengah. Dengan demikian binatang buas tidak dapat membongkarnya atau jika maya membusuk tidak tercium baunya.
Dari Amir bin Sa'ad ia berkata : "Buatkanlah untuk saya lubang lahat dan pasanglah di atasku batu bata sebagaimana dibuat untuk kubur Rasulullah SAW". (HR. Ahmad dan Muslim) - Jenazah yang telah sampai di kubur dimasukkan ke dalam liang lahat itu dengan miring ke kanan dan menghadap kiblat. Pada saat meletakkan jenazah hendaklah dibacakan lafazh :
"Bismillah wa 'alaa millati rasulillaah" (Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah SAW). (HR. At-Turmudzi dan Abu Dawud). - Semua tali pengikat kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki diletakkan pada tanah. Setelah itu liang lahat atau liang tengah ditutup dengan papan atau kayu atau bambu, kemudian di atasnya ditimbun dengan tanah sampai galian lubang rata, dan ditinggikan dari tanah biasa. Di atas arah kepala diberi tanda batu nisan.
"Sesungguhnya Nabi SAW telah meninggikan kubur putra beliau Ibrahim kira-kira sejengkal." (HR. Al-Baihaqi). - Meletakkan pelepah yang masih basah sesuai dengan hadits dari Ibnu Abbas atau meletakkan kerikil di atas kubur dan menyiramnya dengan air.
Dari Ja'far bin Muhammad, dari bapaknya, sesungguhnya Nabu SAW telah menaruh batu-batu kecil di atas kubur putra beliau Ibrahim. (HR. Asy-Syafii).
Dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya, sesungguhnya Nabi SAW telah menyiram kubur putra beliau Ibrahim. (HR. Asy-Syafii). - Mendoakan dan memohonkan ampunan untuk si mayat.
Dari Utsman ra, adalah Nabi SAW apabila telah selesai menguburkan mayat, beliau berdiri di atasnya dan bersabda : "Mohonkanlah ampnan untuk saudaramu dan mintalah untuknya supaya diberi ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya." (HR. Abu Dawud dan disahkan oleh Al-Hakim).
Hal-hal yang Bersangkutan Dengan Harta Mayat
Harta peninggalan orang yang meninggal haruslah ditasharufkan sesuai dengan urutan prioritas berikut ini :
a. Pembiayaan penyelenggaraan jenazah
b. Penyelesain hutang-hutang
c. Pelaksanaan wasiat
d. Pembagian harta waris kepada ahli waris
Pembiayaan Penyelenggaraan Jenazah
Bagi jenazah yang meninggalan harta peninggalan, maka prioritas utama penggunaannya adalah untuk keperluan pembaiyaan jenazah berupa :
- pembelian kain kafan, sabun, minyak wangi, kapur barus, dam lain-lain
- pembelian papan, penggalian kubur dan biaya penguburan lainnya.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya, jika terjadi musibah kematian, hendaknya di rumah itu tidak menyelenggarakan makan-makan, atau mengambil harta peninggalan untuk menjamu orang-orang yang datang berta'ziah. Bahkan Nabi SAW menganjurkan kepada orang-orang yang datang berta'ziah membawa makanan untuk keluarga yang terkena musibah.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Ubadillah bin Ja'far ra, ia berkata : Ketika databng berita meninggalnya Ja'far karena terbunuh, Nabi SAW bersabda : "Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena sesungguhnya mereka sedang menderita kesusahan (kekalutan fikiran)". (HR. Lima ahli hadits kecuali An-Nasai).
Penyelesaian Hutang-hutang
Setelah harta peninggalan diambil untuk biaya pengurusan jenazah, maka harta peninggalan lainnya untuk melunasi hutang-hutang, yaitu :
Harta peninggalan orang yang meninggal haruslah ditasharufkan sesuai dengan urutan prioritas berikut ini :
a. Pembiayaan penyelenggaraan jenazah
b. Penyelesain hutang-hutang
c. Pelaksanaan wasiat
d. Pembagian harta waris kepada ahli waris
Pembiayaan Penyelenggaraan Jenazah
Bagi jenazah yang meninggalan harta peninggalan, maka prioritas utama penggunaannya adalah untuk keperluan pembaiyaan jenazah berupa :
- pembelian kain kafan, sabun, minyak wangi, kapur barus, dam lain-lain
- pembelian papan, penggalian kubur dan biaya penguburan lainnya.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya, jika terjadi musibah kematian, hendaknya di rumah itu tidak menyelenggarakan makan-makan, atau mengambil harta peninggalan untuk menjamu orang-orang yang datang berta'ziah. Bahkan Nabi SAW menganjurkan kepada orang-orang yang datang berta'ziah membawa makanan untuk keluarga yang terkena musibah.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Ubadillah bin Ja'far ra, ia berkata : Ketika databng berita meninggalnya Ja'far karena terbunuh, Nabi SAW bersabda : "Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena sesungguhnya mereka sedang menderita kesusahan (kekalutan fikiran)". (HR. Lima ahli hadits kecuali An-Nasai).
Penyelesaian Hutang-hutang
Setelah harta peninggalan diambil untuk biaya pengurusan jenazah, maka harta peninggalan lainnya untuk melunasi hutang-hutang, yaitu :
- hutang kepada Allah berupa kemungkinan ada nadzar yang belum dilaksanakan, zakat baik zakat firah maupun zakat harta, ibadah haji yang belum ditunaikan padahal ia telah mampu dan lain-lain.
Rasulullah SAW bersabda :
"Hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk dibayar." (HR. Ibnu Abbas). - Hutang kepada sesama manusia harus segera diselesaikan supaya mayat segera terbebas dari hutang yang belum dibayar. Dalam hal ini ahli waris si mayat harus berusaha menanyakan kepada sanak fmili dan teman-temannya jika di antara mereka ada yang dihutangi oleh almarhum/almarhumah semasa masih hidup.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW telah bersabda : "Diri seorang mu'min itu bergantung (tidak sampai ke hadirat Allah SWT) karena hutangnya, sehiungga dibayar terlebih dahuku hutangnya itu (oleh sanak familinya yang masih hidup)." (HR. Ahmad dan At-Turmudzi).
Apabila mayat tidak mempunyai harta untuk melunasi hutangnya atau harta penninggalannya tidak mencukupinya, maka hutang mayat menjadi tanggungan ahli warisnya. Jika ahlki waris tidak mampu juga, maka hal ini diserahkan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda : "Hutang itu ada dua macam, maka siapa yang meninggal dunia dan ia berniat untuk melunasinya maka saya walinya (yang akan mengurusnya), dan siapa yang meninggal dan tidak ada niat untuk melunasinya maka yang demikian itu pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena pada hari ini tidak ada emas dan tidak ada perak". (HR. At-Thabrani).
Pelaksanaan Wasiat
Jika mayat meninggalkan wasiat dan harta peninggalan masih ada maka harus dipenuhi. Wasiat yang harus dipenuhi ialah yang tidak melebihi sepertiga harta peninggalannya.
Firman Allah SWT :
"Sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya." (QS. An-Nisaa : 11).
Dalam hadits disebutkan :
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Alangkah baiknya jika manusia mengurangi wasiatnya dari sepertiga menjadi seperempat, karena Rasulullah SAW bersabda : "Wasiat itu sepertiga, sedang sepertiga itu sudah banyak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris
Pembagian harta waris dilakukan setelah dikeluarkan biaya pengurusan jenazah, penyelesaian hutang dan wasiat. Pembagian harta waris haruslah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ilmu faraidh.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Berikanlah bagian-bagian warisan itu kepada ahlinya, maka kelebihannya diberikan kepada orang yang lebih utama (dekat), yaitu orang laki-laki yang paling dekat dengan yang meninggal." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Anak-anak yang ditinggal mati orang tuanya harus dipelihara oleh keluarga yang dekat, dicukupi kebutuhannya, diperhatikan pendidikannya dan jangan sampai terlantar. Mereka yang tidak mempunyai saudara maka yang berkewajiban mengurusnya adalah kamu muslimin yang mampu. Mengurus anak yatim ini hukumnya fardhu kifayah.
Allah SWT berfirman :
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik." (QS. Al-Baqarah : 220).
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." (QS. Al-Maa'un : 1-3).
Jika mayat meninggalkan wasiat dan harta peninggalan masih ada maka harus dipenuhi. Wasiat yang harus dipenuhi ialah yang tidak melebihi sepertiga harta peninggalannya.
Firman Allah SWT :
"Sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya." (QS. An-Nisaa : 11).
Dalam hadits disebutkan :
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Alangkah baiknya jika manusia mengurangi wasiatnya dari sepertiga menjadi seperempat, karena Rasulullah SAW bersabda : "Wasiat itu sepertiga, sedang sepertiga itu sudah banyak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris
Pembagian harta waris dilakukan setelah dikeluarkan biaya pengurusan jenazah, penyelesaian hutang dan wasiat. Pembagian harta waris haruslah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ilmu faraidh.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Berikanlah bagian-bagian warisan itu kepada ahlinya, maka kelebihannya diberikan kepada orang yang lebih utama (dekat), yaitu orang laki-laki yang paling dekat dengan yang meninggal." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Anak-anak yang ditinggal mati orang tuanya harus dipelihara oleh keluarga yang dekat, dicukupi kebutuhannya, diperhatikan pendidikannya dan jangan sampai terlantar. Mereka yang tidak mempunyai saudara maka yang berkewajiban mengurusnya adalah kamu muslimin yang mampu. Mengurus anak yatim ini hukumnya fardhu kifayah.
Allah SWT berfirman :
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik." (QS. Al-Baqarah : 220).
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." (QS. Al-Maa'un : 1-3).
Menutup Rambut Bagi Wanita
Menutup Rambut Bagi Wanita
Telah menjadi suatu ijma' bagi kaum Muslimin di semua negara dan di setiap masa pada semua golongan fuqaha, ulama, ahli-ahli hadits dan ahli tasawuf, bahwa rambut wanita itu termasuk perhiasan yang wajib ditutup, tidak boleh dibuka di hadapan orang yang bukan muhrimnya.
Adapun sanad dan dalil dari ijma' tersebut ialah ayat al-Qur'an:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman; Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, ..." (QS. an-Nûr: 31).
Adapun sanad dan dalil dari ijma' tersebut ialah ayat al-Qur'an:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman; Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, ..." (QS. an-Nûr: 31).
Maka, berdasarkan ayat di atas, Allah SWT telah melarang bagi wanita Mukminat untuk memperlihatkan perhiasannya. Kecuali yang lahir (biasa tampak). Diantara para ulama, baik dahulu maupun sekarang, tidak ada yang mengatakan bahwa rambut wanita itu termasuk hal-hal yang lahir; bahkan ulama-ulama yang berpandangan luas, hal itu digolongkan perhiasan yang tidak tampak.
Dalam tafsirnya, al-Qurthubi mengatakan, "Allah SWT telah melarang kepada kaum wanita, agar dia tidak menampakkan perhiasannya (keindahannya), kecuali kepada orang-orang tertentu; atau perhiasan yang biasa tampak."
Ibnu Mas'ud berkata, "Perhiasan yang lahir (biasa tampak) ialah pakaian." Ditambahkan oleh Ibnu Jubair, "Wajah" Ditambah pula oleh Sa'id Ibnu Jubair dan al-Auzai, "Wajah, kedua tangan dan pakaian."
Ibnu Abbas, Qatadah dan al-Masuri Ibnu Makhramah berkata, "Perhiasan (keindahan) yang lahir itu ialah celak, perhiasan dan cincin termasuk dibolehkan (mubah)."
Ibnu Atiyah berkata, "Yang jelas bagi saya ialah yang sesuai dengan arti ayat tersebut, bahwa wanita diperintahkan untuk tidak menampakkan dirinya dalam keadaan berhias yang indah dan supaya berusaha menutupi hal itu. Perkecualian pada bagian-bagian yang kiranya berat untuk menutupinya, karena darurat dan sukar, misalnya wajah dan tangan."
Berkata al-Qurthubi, "Pandangan Ibnu Atiyah tersebut baik sekali, karena biasanya wajah dan kedua tangan itu tampak di waktu biasa dan ketika melakukan amal ibadat, misalnya salat, ibadat haji dan sebagainya."
Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah r.a. bahwa ketika Asma' binti Abu Bakar r.a. bertemu dengan Rasulullah SAW, ketika itu Asma' sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah SAW memalingkan muka seraya bersabda:
"Wahai Asma'! Sesungguhnya, jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini ..." (beliau mengisyaratkan pada muka dan tangannya).
Dengan demikian, sabda Rasulullah SAW itu menunjukkan bahwa rambut wanita tidak termasuk perhiasan yang boleh ditampakkan, kecuali wajah dan tangan.
Allah SWT telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin, dalam ayat di atas, untuk menutup tempat-tempat yang biasanya terbuka di bagian dada. Arti al-Khimar itu ialah kain untuk menutup kepala, sebagaimana surban bagi laki-laki, sebagaimana keterangan para ulama dan ahli tafsir. Hal ini (hadits yang menganjurkan menutup kepala) tidak terdapat pada hadits manapun.
Al-Qurthubi berkata, "Sebab turunnya ayat tersebut ialah bahwa pada masa itu kaum wanita jika menutup kepala dengan akhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke belakang, sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka, Allah SWT memerintahkan untuk menutup bagian mukanya, yaitu dada dan lainnya."
Dalam riwayat al-Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata, "Mudah-mudahan wanita yang berhijrah itu dirahmati Allah."
Ketika turun ayat tersebut, mereka segera merobek pakaiannya untuk menutupi apa yang terbuka.
Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah, kemenakannya, anak dari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakai kerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyah r.a. lalu berkata, "Ini amat tipis, tidak dapat menutupinya."
(Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah Dr. Yusuf Al-Qardhawi Cetakan Kedua, 1996 Penerbit Risalah Gusti)
Senin, 24 Juni 2013
Keutamaan Tasbih
Mukaddimah
Secara bahasa, kata Tasbîh berasal dari kata kerja Sabbaha Yusabbihu yang maknanya menyucikan. Dan secara istilah, kata Tasbîh adalah ucapan subhaanallah. Ucapan ini merupakan dzikir kepada Allah yang merupakan ibadah yang agung.
Dalam hal ini, terdapat banyak kaidah di dalamnya dimana secara global dapat dikatakan bahwa setiap kaidah yang digunakan untuk menolak perbuatan bid’ah dan berbuat sesuatu yang baru di dalam agama, maka ia adalah kaidah yang cocok untuk diterapkan pula pada beberapa parsial (bagian) penyimpangan di dalam berdzikir dan berdoa, karena dzikir, demikian juga doa, adalah murni masalah ‘ubudiyyah kepada Allah Ta’ala. Sedangkan kaidah dari semua kaidah di dalam hal tersebut adalah bahwa semua ‘ibadah bersifat tawqîfiyyah, yang diformat dalam ungkapan, “Melakukan ibadah hanya sebatas nash dan sumbernya.”
Secara bahasa, kata Tasbîh berasal dari kata kerja Sabbaha Yusabbihu yang maknanya menyucikan. Dan secara istilah, kata Tasbîh adalah ucapan subhaanallah. Ucapan ini merupakan dzikir kepada Allah yang merupakan ibadah yang agung.
Dalam hal ini, terdapat banyak kaidah di dalamnya dimana secara global dapat dikatakan bahwa setiap kaidah yang digunakan untuk menolak perbuatan bid’ah dan berbuat sesuatu yang baru di dalam agama, maka ia adalah kaidah yang cocok untuk diterapkan pula pada beberapa parsial (bagian) penyimpangan di dalam berdzikir dan berdoa, karena dzikir, demikian juga doa, adalah murni masalah ‘ubudiyyah kepada Allah Ta’ala. Sedangkan kaidah dari semua kaidah di dalam hal tersebut adalah bahwa semua ‘ibadah bersifat tawqîfiyyah, yang diformat dalam ungkapan, “Melakukan ibadah hanya sebatas nash dan sumbernya.”
Kalimat tersebut direduksi dari nash-nash yang beragam, diantaranya hadits shahih yang menyatakan bahwasanya Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang melakukan sesuatu yang baru di dalam urusan kami ini (agama) sesuatu yang tidak terdapat di dalamnya, maka ia tertolak.”
Dan hadits shahih yang lainnya bahwasanya Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda :
“Setiap sesuatu yang baru (diada-adakan) maka ia adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan (tempat pelakunya) adalah di neraka.”
Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati di dalam melakukan suatu bentuk ibadah dan harus selalu mengacu kepada dalil-dalil yang jelas dan shahih serta kuat yang terkait dengannya sebab bila tidak, maka dikhawatirkan amal yang dilakukan tersebut justeru menjerumuskan pelakunya ke dalam hal yang disebut dengan Bid’ah tersebut sekalipun dalam anggapannya hal tersebut adalah baik.
Tentunya, di dalam kita melakukan apapun bentuk ibadah, termasuk dalam hal ini, dzikir, harus mengikuti (mutaba’ah) kepada Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam sehingga kita tidak menyimpang dari manhaj yang telah digariskannya.
Perlu diketahui bahwa mutâba’ah tersebut tidak akan tercapai kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai dengan syari’at dalam enam perkara:
Pertama, sebab
Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak disyari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima (ditolak).
Contoh: ada orang yang melakukan shalat tahajjud pada malam dua puluh tujuh bulan Rajab dengan dalih bahwa malam itu adalah malam mi’raj Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam (dinaikkkan ke atas langit). Shalat tahajjud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut menjadi bid’ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas sebab yang tidak ditetapkan dalam syari’at. Syarat ini – yaitu: ibadah harus sesuai dengan syari’at dalam sebabnya- adalah penting, karena dengan demikian dapat diketahui beberapa macam amal yang dianggap termasuk sunnah namun sebenarnya adalah bid’ah.
Kedua, jenis
Artinya, ibadah harus sesuai dengan syari’at dalam jenisnya. Jika tidak, maka tidak diterima. Contoh: seorang yang menyembelih kuda untuk kurban adalah tidak sah, karena menyalahi ketentuan syari’at dalam jenisnya. Yang boleh dijadikan qurban yaitu onta, sapi dan kambing.
Ketiga, kadar (bilangan)
Kalau ada seseorang yang menambah bilangan raka’at suatu shalat, yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka shalat tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima, karena tidak sesuai dengan ketentuan syari’at dalam jumlah bilangan raka’atnya. Jadi, apabila ada orang shalat zhuhur lima raka’at, umpamanya, maka shalatnya tidak shah.
Keempat, kaifiyyah (cara)
Seandainya ada orang berwudhu dengan cara membasuh tangan, lalu muka, maka tidak sah wudhu’nya karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syar’ait.
Kelima, waktu
Apabila ada orang menyembelih binatang qurban pada hari pertama bulan dzul hijjah, maka tidak shah karena waktu melaksanakannya tidak menurut ajaran Islam. Misalnya, ada orang yang bertaqarrub kepada Allah pada bulan Ramadhan dengan menyembelih kambing. Amal seperti ini adalah bid’ah karena tidak ada sembelihan yang ditujukan untuk bertaqarrub kepada Allah kecuali sebagai qurban, denda haji dan ‘aqiqah. Adapun menyembelih pada bulan Ramadhan dengan i’tikad mendapat pahala atas sembelihan tersebut sebagaimana dalam idul Adhha adalah bid’ah. Kalau menyembelih hanya untuk memakan dagingnya, boleh saja.
Keenam, tempat
Andaikata ada orang beri’tikaf di tempat selain masjid, maka tidak shah I’tikafnya. Sebab tempat I’tikaf hanyalah di masjid. Begitu pula, andaikata ada seorang wanita hendak beri’tikaf di dalam mushallla di rumahnya, maka tidak shah I’tikafnya karena tempat melakukannnya tidak sesuai dengan ketentuan syari’at.
Contoh lainnya: seseorang yang melakukan thawaf di luar masjid haram dengan alasan karena di dalam sudah penuh sesak, thawafnya tidak shah karena tempat melakukan thawaf adalah dalam baitullah tersebut, Allah berfiman: “dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf”. (Q.S. al-Hajj: 26).
Terkait dengan kajian hadits kali ini, tema yang kami angkat adalah masalah keutamaan Tasbih, yaitu ucapan seperti yang disebutkan dalam hadits di bawah ini, dan lafazh semisalnya yang terdapat di dalam hadits-hadits yang lain. Lafazh Tasbih dalam hadits kita kali ini, bukanlah satu-satunya lafazh yang memiliki nilai amal yang tinggi, ada lagi lafazh-lafazh yang lainnya yang bisa di dapat di dalam buku-buku tentang dzikir atau bab-bab tentang dzikir dalam kitab-kitab hadits.
Dzikir kita kali ini adalah dzikir yang terdapat di dalam hadits yang shahih dan telah disebutkan kapan waktunya, yaitu bisa dilakukan setiap hari namun tidak disebutkan lebih lanjut kapan tepatnya, sehingga dapat dikategorikan mengenai waktu yang tepatnya ini ke dalam dzikir yang mutlak alias kapan saja, di luar dzikir-dzikir yang telah ditentukan waktunya.
Semoga kita dapat memaknai, menghayati dan mengamalkannya sehingga tidak luput dari pahala yang sedemikian besar ini. Amin.
Dari Abu Hurairah radliyallâhu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan ‘Subhânallâhi Wa Bihamdihi’ di dalam sehari sebanyak seratus kali, niscaya akan dihapus semua dosa-dosa (kecil)-nya sekalipun sebanyak buih di lautan.” (HR.al-Bukhariy)
Faedah Hadits
Hadits diatas menyatakan keutamaan dzikir "Subhânallâhi wa bihamdihi" yang mengandung makna Tasbih (penyucian) terhadap Allah Ta’ala dan penyucian terhadap-Nya pula dari hal-hal yang tidak layak dan pantas bagi-Nya, seperti memiliki kekurangan-kekurangan, cacat-cela dan menyerupai semua makhluk-Nya.
Hadits tersebut juga mengandung penetapan segala pujian hanya kepada-Nya baik di dalam Asma` maupun shifat-Nya. Dia-lah Yang Maha Hidup sesempurna hidup; kehidupan yang tiada didahului ketiadaan (yakni bukan dalam arti; sebelumnya tidak ada kehidupan lalu kemudian ada) dan tiada pula kehidupan itu akan pernah hilang/sirna.
Barangsiapa yang bertasbih kepada Allah dan memuji-Nya sebanyak seratus kali di dalam sehari semalam, maka dia akan mendapatkan pahala yang maha besar ini. Yaitu, semua dosa-dosa (kecil)-nya dihapuskan dengan mendapatkan ma’af dan ampunan-Nya, sekalipun dosa-dosa tersebut sebanyak buih di lautan. Tentunya, ini merupakan anugerah dan pemberian yang demikian besar dari-Nya.
Para ulama mengaitkan hal ini dan semisalnya sebatas dosa-dosa kecil saja sedangkan dosa-dosa besar tidak ada yang dapat menghapus dan menebusnya selain Taubat Nashuh (taubat dengan sebenar-benarnya).
Imam an-Nawawiy berkata, “Sesungguhnya bila dia tidak memiliki dosa-dosa kecil, maka semoga diharapkan dapat meringankan dosa-dosa besarnya.”
Rujukan:
- Kitab Tawdlîh al-Ahkâm Min Bulûgh al-Marâm, karya Syaikh. ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Bassâm, Jld.VI, Hal.409)
- Tashhîh ad-Du’â’ karya Syaikh Bakr Abu Zaid, Hal. 39
- Kesempurnaan Islam Dan Bahaya Bid’ah, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
Sebuah Teladan
Sebuah Teladan
Ini adalah sebuah kisah tentang kepemimpinan Ali ibn Abi Thalib dalam Khulafaurrasyidin yang sangat patut kita teladani.
Tidak ada khalifah yang paling mencintai ukhuwwah, ketika orang berusaha menghancurkannya, seperti Ali ibn Abi Thalib. Baru saja dia memegang tampuk pemerintahan, beberapa orang tokoh sahabat melakukan pemberontakan. Dua orang di antara pemimpin Muhajirin meminta izin untuk melakukan umrah. Ternyata mereka kemudian bergabung dengan pasukan pembangkang. Walaupun menurut hukum Islam pembangkang harus diperangi, Ali memilih pendekatan persuasif. Dia mengirim beberapa orang utusan untuk menyadarkan mereka. Beberapa pucuk surat dikirimkan. Namun, seluruh upaya ini gagal. Jumlah pasukan pemberontak semakin membengkak. Mereka bergerak menuju Basra.
Tidak ada khalifah yang paling mencintai ukhuwwah, ketika orang berusaha menghancurkannya, seperti Ali ibn Abi Thalib. Baru saja dia memegang tampuk pemerintahan, beberapa orang tokoh sahabat melakukan pemberontakan. Dua orang di antara pemimpin Muhajirin meminta izin untuk melakukan umrah. Ternyata mereka kemudian bergabung dengan pasukan pembangkang. Walaupun menurut hukum Islam pembangkang harus diperangi, Ali memilih pendekatan persuasif. Dia mengirim beberapa orang utusan untuk menyadarkan mereka. Beberapa pucuk surat dikirimkan. Namun, seluruh upaya ini gagal. Jumlah pasukan pemberontak semakin membengkak. Mereka bergerak menuju Basra.
Dengan hati yang berat, Ali menghimpun pasukan. Ketika dia sampai di perbatasan Basra, di satu tempat yang bernama Alzawiyah, dia turun dari kuda. Dia melakukan shalat empat rakaat. Usai shalat, dia merebahkan pipinya ke atas tanah dan air matanya mengalir membasahi tanah di bawahnya. Kemudian dia mengangkat tangan dan berdo'a: "Ya Allah, yang memelihara langit dan apa-apa yang dinaunginya, yang memelihara bumi dan apa-apa yang ditumbuhkannya. Wahai Tuhan pemilik 'arasy nan agung. Inilah Basra. Aku mohon kepada-Mu kebaikan kota ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya. Ya Allah, masukkanlah aku ke tempat masuk yang baik, karena Engkaulah sebaik-baiknya yang menempatkan orang. Ya Allah, mereka telah membangkang aku, menentang aku dan memutuskan bay'ah-ku. Ya Allah, peliharalah darah kaum Muslim."
Ketika kedua pasukan sudah mendekat, untuk terakhir kalinya Ali mengirim Abdullah ibn Abbas menemui pemimpin pasukan pembangkang, mengajak bersatu kembali dan tidak menumpahkan darah. Ketika usaha ini pun gagal, Ali berbicara di hadapan sahabat-sahabatnya, sambil mengangkat Al-Qur'an di tangan kanannya: "Siapa di antara kalian yang mau membawa mushaf ini ke tengah-tengah musuh. Sampaikanlah pesan perdamaian atas nama Al-Qur'an. Jika tangannya terpotong peganglah Al-Qur'an ini dengan tangan yang lain; jika tangan itu pun terpotong, gigitlah dengan gigi-giginya sampai dia terbunuh."
Seorang pemuda Kufah bangkit menawarkan dirinya. Karena melihat usianya terlalu muda, mula-mula Ali tidak menghiraukannya. Lalu dia menawarkannya kepada sahabat-sahabatnya yang lain. Namun, tak seorang pun menjawab. Akhirnya Ali menyerahkan Al-Qur'an kepada anak muda itu, "Bawalah Al-Qur'an ini ke tengah-tengah mereka. Katakan: Al-Qur'an berada di tengah-tengah kita. Demi Allah, janganlah kalian menumpahkan darah kami dan darah kalian."
Tanpa rasa gentar dan penuh dengan keberanian, pemuda itu berdiri di depan pasukan Aisyah. Dia mengangkat Al-Qur'an dengan kedua tangannya, mengajak mereka untuk memelihara ukhuwwah. Teriakannya tidak didengar. Dia disambut dengan tebasan pedang. Tangan kanannya terputus. Dia mengambil mushaf dengan tangan kirinya, sambil tidak henti-hentinya menyerukan pesan perdamaian. Untuk kedua kalinya tangannya ditebas. Dia mengambil Al-Quran dengan gigi-giginya, sementara tubuhnya sudah bersimbah darah. Sorot matanya masih menyerukan perdamaian dan mengajak mereka untuk memelihara darah kaum Muslim. Akhirnya orang pun menebas lehernya.
Pejuang perdamaian ini rubuh. Orang-orang membawanya ke hadapan Ali ibn Abi Thalib. Ali mengucapkan do'a untuknya, sementara air matanya deras membasahi wajahnya. "Sampai juga saatnya kita harus memerangi mereka. Tetapi aku nasihatkan kepada kalian, janganlah kalian memulai menyerang mereka. Jika kalian berhasil mengalahkan mereka, janganlah mengganggu orang yang terluka, dan janganlah mengejar orang yang lari. Jangan membuka aurat mereka. Jangan merusak tubuh orang yang terbunuh. Bila kalian mencapai perkampungan mereka janganlah membuka yang tertutup, jangan memasuki rumah tanpa izin, janganlah mengambil harta mereka sedikit pun. Jangan menyakiti perempuan walaupun mereka mencemoohkan kamu. Jangan mengecam pemimpin mereka dan orang-orang saleh di antara mereka."
Sejarah kemudian mencatat kemenangan di pihak Ali. Seperti yang dipesankannya, pasukan Ali berusaha menyembuhkan luka ukhuwwah yang sudah retak. Ali sendiri memberikan ampunan massal. Sejarah juga mencatat bahwa tidak lama setelah kemenangan ini, pembangkang-pembangkang yang lain muncul. Mu'awiyah mengerahkan pasukan untuk memerangi Ali. Ketika mereka terdesak dan kekalahan sudah di ambang pintu, mereka mengangkat Al-Qur'an, memohon perdamaian. Ali, yang sangat mencintai ukhuwwah, menghentikan peperangan. Seperti kita ketahui bersama, Ali dikhianati. Karena kecewa, segolongan dari pengikut Ali memisahkan diri. Golongan ini, kelak terkenal sebagai Khawarij, berubah menjadi penentang Ali. Seperti biasa, Ali mengirimkan utusan untuk mengajak mereka berdamai. Seperti biasa pula, upaya tersebut gagal.
Langganan:
Postingan (Atom)