Kamis, 19 Februari 2015

Sering Berhenti di Lampu Merah Percepat Kematian....??

Berhenti dan menunggu lampu merah merupakan rutinitas paling membosankan bagi pengemudi kendaraan bermotor. Terlebih jika berada di lampu merah yang lama. (Sumber)



Tujuan dibuat lampu merah sebenarnya baik, yakni mengatur arus lalu lintas agar lancar dan pejalan kaki bisa menyeberang dengan aman.

Namun tahukah Anda, bahwa berada lama di lampu merah membahayakan kesehatan. Masalahnya, saat berada lama di lampu merah, tanpa disadari, tubuh kita terpapar polusi udara tingkat tinggi.

Hal itu diungkapkan oleh para peneliti di University of Surrey di Inggris.

Seperti telah diketahui kendaraan bermotor mengeluarkan asap yang mengandung polutan nanopartikel berbahaya. Polutan tersebut memiliki andil merusak saluran pernapasan dan organ jantung.

Dalam penelitiannya, mereka menemukan persimpangan yang terdapat lampu lalu lintas memiliki tingkat polusi yang paling tinggi.

Meski 2 persen waktu perjalanan pengemudi dihabiskan melewati persimpangan, namun itu sudah cukup membuat pengemudi terpapar 25 persen partikel berbahaya.

Hal yang sama juga terjadi pada pejalan kaki yang melintas di persimpangan yang terdapat lampu merah.

Selain itu, para pengemudi kendaraan bermotor yang terlalu dekat dengan kendaraan di depannya juga berisiko terpapar partikel berbahaya dalam jumlah besar.

Peneliti juga menemukan bahwa konsentrasi partikel berbahaya 29 persen lebih tinggi di persimpangan lalu lintas yang macet dibandingkan dengan persimpangan yang lancar.

Pengemudi memang tidak bisa menghindari persimpangan jalan. Namun mereka disarankan untuk mencoba jalan alternatif yang lancar yang tidak terdapat banyak persimpangan dengan lampu merah.

Langkah pencegahan lainnya mungkin dengan menutup jendela mobil atau menjaga jarak dengan mobil di depan.

Sementara petugas pengatur lalu lintas mungkin bisa mengurangi waktu tunggu lampu merah atau mempertimbangkan manajemen lalu lintas lainnya seperti pembangunan flyover.

Organisasi Kesehatan Dunia mengaitkan polusi udara terhadap tujuh juta kematian prematur setiap tahun.

Polusi udara juga meningkatkan risiko bunuh diri di kalangan laki-laki paruh baya, menurut penelitian baru di Amerika Serikat.

Sebuah studi di AS menemukan bahwa lebih dari 1.500 orang bunuh diri di Salt Lake County, Utah. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki berusia antara 36 hingga 64 tahun. Mereka adalah yang paling rentan setelah menghirup asap yang dikeluarkan oleh pabrik dan mobil.

Paparan partikel polusi udara meningkatkan risiko bunuh diri sebanyak 6 persen.

Meski polusi tidak menyebabkan orang langsung bunuh diri, penelitian menyarankan mungkin karena berinteraksi dengan faktor-faktor lain, seperti depresi atau alergi, orang cenderung ingin bunuh diri.

(Ism, Sumber: Daily Mail)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar